MARI BERSASTRA DAN BERKARYA

Di sini bukan arena pertarungan ala rimba, tapi coba setitik tinggal dilembah nurani sekedar menghisap tirta murni, sari pati puting ibu pertiwi dan cumbu illahi. Buat yang pernah berhenti dan mengajak menari, lalu dengan senyumnya yang tertinggal kembali melanjutkan perjalanannya tuk meraih sesuatu yang lebih berarti. Buat mereka semua yang mencoba jejakkan kakinya di tanah hati.

Beberapa genre dalam TEATER

 REALISME
Sejarah kemunculan realisme yang pada awalnya berkembang di Perancis, kemudian menyebar ke Eropa seperti di Inggris melalui tokoh-tokohnya yaitu Arthur Wing Pinero (1855-1934), Henry Arthur Jones (1851-1919), John Galsworthy (1867-1933) dan George Bernard Shaw, yang mengagumi Dramawan Norwegia yaitu Henrik Ibsen (1828-1906). Di Rusia-pun Drama realisme berkembang sesuai dengan kultur Rusia sendiri melalui tokoh-tokoh Dramawan yang terkenal ketika itu yaitu Nikolai Gogol (1809-1851), Alexander Ostrovsky (1823-1886), Ivan Torgenenev (1818-1883), Anton P, Chekov dan Stanilavsky.
Persoalan point of view (sudut pandang penceritaan) dalam realisme dapat di bagi dua yaitu komedi realis dan tragedi realis. Pembedaan seperti dapat kita lihat dari dua orang tokoh dramawan realisme yaitu Henrik Ibsen (mewakili tragedi realis) dan Anton P. Chekov (mewakili komedi realis). Ibsen membuat gaya drama dan cara penulisannya sebagai cara untuk memperindah dan menyempurnakan dramananya. Chekov menggunakan gaya impresionistik, di mana tokoh berbicara sendiri tentang nasib buruknya dan ditingkah oleh musik yang timbul tenggelam. Ibsen mengembangkan plot yang kuat berdasarkan perkembangan psikospriritual tokoh utama. Chekov tidak menghadirkan plot dengan kuat, hanya menonjolkan suasana haru, anggun dan mempesona. Ibsen menjalin peristiwa yang rasional berdasarkan satu tema tentang moral, Chekov menjalin peristiwa pada berbagai banyak persoalan dialog yang sedikit tapi penuh lukisan suasana pada komedi situasi dalam rangka menyentuh perasaan penonton.
Khairul Anwar (2004) menyatakan bahwa realisme dibagi dalam dua kategori yaitu realisme murni (naturalisme dan impresionisme) dan realisme epik. Naturalisme tumbuh menjadi sebuah gerakan kebudayaan yang aktif dan ekstrim dari realisme, yaitu sebuah gerakan yang didasari atas filsafat determinisme. Cara pandang determinisme adalah cara pandang yang menjelaskan bahwa manusia tidak bebas memilih, tetapi ditentukan oleh alam lingkungannya. Naturalisme sangat tertarik mengungkapkan aspek-aspek pembawaan sifat binatang dalam diri manusia yang seringkali terungkap secara brutal seperti kehidupan seks, kerakusan, ketamakan, kemiskinan dan kelaparan. Naturalisme mempercayai bahwa satu-satunya cara untuk mengetahui kebenaran adalah melalui penemuan ilmiah melalui lima panca indera manusia (empirisme). Dalam drama atau novel naturalistik banyak para wanita lembut yang melakukan skandal cinta. Dramawan atau sasterawan yang beraliran naturalisme menampilkan karya-karya mereka atas dasar kenyataan adanya naluri-naluri dasar yang berbahaya yang sedikitpun tidak diindahkan oleh manusia.
Filsuf Sigmon Freud menegaskan, bahwa naluri dasar manusia tersalurkan secara normal dan muncul secara tidak langsung dalam cara yang terdistorsi dan merusak. Drama ini penuh dengan kebusukan manusia dan hal-hal yang tidak menyenangkan dalam kehidupan. Panggung menggambarkan kenyataaan yang sebenarnya yang mereka ambil dari kehidupan yang nyata. Seperti pertunjukan Andre Antoine yang berjudul The Buchers (Tukang Jagal), ia menghadirkan setting naturalis dengan cara pentas dipenuhi dengan daging-daging sapi yang sebenarnya seperti toko daging para penjagal. Tokoh naturalisme yang sangat penting adalah Emile Zola (1840-1902), ia mengatakan: “ Bukan drama, tetapi kehidupan yang harus disajikan pada penonton”.
Terdapat enam prinsip dalam pelatihan aktor Stanilavsky yaitu :
1. Aktor harus memiliki fisik prima, fleksibel dan vokal yang terlatih agar dapat memainkan berbagai peran.
2. Aktor harus mampu dalam melakukan observasi kehidupan, sehingga ia mampu menghidupkan akting melalui gestur, serta tidak mencipta vokal yang artifisial.
3. Aktor harus mampu menguasai kekuatas psikisnya untuk memperkaya imajinasinya. Kemampuan berimajinasi adalah kemampuan untuk mengingat kembali, sense of memory.
4. Aktor harus mengetahui dan memahami naskah lakon (analisis teks)
5. Aktor harus berkonsentrasi pada imaji, suasana dan intensitas panggung.
6. Aktor harus bersedia bekerja secara terus menerus dan serius mendalami pelatihan demi kesempurnaan diri dan penampilan perannya.
Dengan demikian metode akting yang dilakukan oleh Constatin Stanilavsky. Metode ini merupakan sebuah pendekatan bagi para aktor dalam melakukan penjelajahan imajinasi, pikiran dan tubuh dalam mencipta sebuah akting yang inner act (akting dari dalam) sehingga aktor mampu menjadi (to be) terhadap setiap karakter yang dipernkannya di atas panggung.
Selanjutnya kategori dari realisme tersebut adalah realisme epik. Realisme epik juga disebut sebagai realisme naratif. Drama realisme epik sangat berbeda dengan realisme yang berkembang pada tahun 1880 sampai dengan 1920-an. Banyak orang mengatakan bahwa drama atau teater realisme epik merupakan antitesa dari realisme itu sendiri. Drama realisme epik berbeda dengan ekspresionisme dan drama absurd yang hanya menyodorkan sepotong dari semua fragmen gambaran kongkrit dari dunia nyata.
Realisme epik mencoba masuk pada wilayah yang lebih luas, tidak hanya menekankan persoalan individu dalam masyarakat, tetapi juga persoalan yang melatar belakangi di luarnya yaitu persoalan politik, sosial dan ekonomi. Sehingga, realisme epik menghadirkan perspektif yang berbeda tentang manusia. Dalam drama epik, yang menonjol adalah setting dekorasi panggung yang dibuat ringkas atau simbolik, pemeran menggunakan topeng, nyanyian, pemeran membacakan pidato langsung kepada penonton, teknik menggunakan aside, teknik naratif, adanya pengumuman, penggunaan slide-projector, tabel, bagan, peta, film, tablo, latar belakan formal Elizabethan, layar yang sederhana.
Setting di dalam teater epik dikenal dengan setting yang multiple, dalam artian mempunyai banyak bagian yang hampir sama dengan penggunaan Mansion yang meriah dalam teater abad pertengahan. Semangat bagi kalangan realisme epik adalah bukanlah semangat romantik tetapi semangat untuk menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan fakta keilmuan.

17 Agustus 2010


17 Agustus 2010
Menjelang Agustus warga kampung pasti disibukkan dengan aneka kegiatan. Kerja bakti membersihkan kampung, mengecat pagar rumah, menghias poskamling dan sepanjang jalan dengan atribut yang bercorak merah putih. Semua itu belum termasuk dengan diadakannya lomba untuk memeriahkan hari kemerdekaan yang senantiasa diperingati tepat ditanggal tujuh belas bulan Agusutus. Namun, kali ini tidak ada yang istimewa, jalanan masih kosong walau kalender sudah menunjukkan angka 17 Agustus pagar rumah warga, poskamling bahkan gapura desa yang biasanya tampil dengan wajah mentereng kini catnya mulai pudar dan mengelupas. Melihat hal ini, hati saya seperti di hianati. Saya tidak terima, harus segera diberi penjelasan tentang hilangnya makna angka 17 Agustus dari jiwa warga kampung.
“ Ini tidak bisa dibiarkan, sebagai Ketua RT, bapak harus segera menindak lanjuti rasa nasionalisme yang telah luntur dari warga kita “ .
“ Baiklah, aspirasi anda saya tampung, nanti saya kordinasikan dengan para staf agar segera mengumpulkan warga ”.
“ Hal ini bersifat mendesak Pak, ini menyangkut kehormatan dan harga diri warga, jangan sampai muncul sebuah berita yang menyatakan bahwa warga kita adalah warga pemberontak, warga yang tidak bisa menghargai jasa para pahlawan.”
“ Sabar, anda harus berhati-hati dalam berstatement, jangan berpikiran negatif dulu, warga tidak bisa dipaksa, bukankah Negara kita Negara yang demokratis ? ”
Mendengar jawaban itu saya langsung bangkit dan pamit pergi. Rupanya tidak ada gunanya saya melapor, Ketua RT ternyata juga tidak terlalu respek dengan semangat kemerdekaan. Sepanjang perjalanan saya terus berfikir dan menduga-duga. Mungkin ini bukan masalah nasionalisme yang luntur melainkan sebuah bentuk protes warga terhadap Negara dan seluruh warga telah terkodinir dengan rapi untuk tidak mengibarkan merah putih di depan rumah.
Saya masih ingat dengan jelas, sepuluh tahun yang lalu seluruh warga kampung termasuk saya melakukan demo besar-besaran di kecamatan. Kami semua menuntut kepada Negara agar diberikan hak sebagai warga Negara yaitu hak untuk hidup dan bertempat tinggal ditempat yang layak. Karena itu kami semua berharap kepada Negara akan mengesahkan kepemilikan atas tanah yang kami tempati sebagai hak dan milik kami sendiri secara pribadi bukan hanya hak untuk membangun diatas tanah saja. Tapi sampai saat ini masalah itu belum juga selesai, sertifikat tanah yang kami punya masih berstatus surat ijo. Pasti karena ini semua warga enggan mengibarkan merah putih di hari kemerdekaan ini. Mereka pasti mengira tidak ada untungnya menjadi warga Negara bila hak mereka tidak terpenuhi. Tapi bisa-bisanya saya tidak diberi tahu tentang bentuk protes ini, sehingga hanya saya saja yang mengibarkan merah putih di depan rumah, padahal waktu itu saya terus berjuang atas tanah yang kita miliki sejak turun temurun itu sampai kepengadilan.
Istri adalah tempat mengeluh dan mengusap semua rasa gelisah kita. Istri adalah tempat berbagi dalam hidup. Sesampai di rumah saya menyampaikan segala gundah pada sang istri. Tapi seperti biasanya, dia selalu menanggapi dengan dingin. Saya selalu di respon negatif kalau bicara tentang Negara, buatnya saya harus bekerja lalu pulang dan memberinya uang belanja tidak perlu saya mengurusi Negara.
“ Negara itu sudah ada yang mengurus, buat apa kita melakukan Pemilu kalau mereka yang kita pilih itu tidak bisa mengurus Negara kita ? “, Selalu itu yang di ucapkannya.
Kali ini ia menambahkan, Jika merasa dihianati, pilihanya Cuma ada dua, yaitu ikut tidak memasang bendera didepan rumah atau membiarkan saja bendera itu disana sepanjang bulan.
Saya semakin bingung, tidak ada yang sependapat dengan saya dikampung ini. Mereka semua seolah dibutakan oleh ketamakan terhadap benda. Padahal para pahlawan dulu rela mengorbakan tanah dan nyawa mereka demi kita saat ini. Tidak puas dengan pendapat sang istri saya pergi ke warung, disana biasanya para warga berkumpul untuk sekedar minum kopi ataupun berniat untuk bicara tentang seluk beluk keadaan kampung. Satu hal lagi yang terpenting, agar tidak di cap penghianat oleh warga saya mencabut bendera di depan rumah, menyimpannya dalam almari lalu pergi ke warung di pinggir kampung.
Tepat seperti dugaan, warung telah ramai oleh warga tanpa basa – basi saya langsung memesan segelas kopi. Disinilah warga menghabiskan waktu dimalam hari, melepas penat cari nafkah keluarga dengan bercengkerama dengan kawan lama. Memang hanya begitulah hiburan para warga terutama yang laki-laki sebab para kaum istri, setelah disibukkan dengan menyiapkan kebutuhan suami dan keluarga mereka melakukan kesibukan wajib setiap hari  yaitu menonton sinetron. Para lelaki yang jenuh dengan cerita TV pasti berada disini, menenggak segelas kopi lebih bisa menghapus penat dari pada terjebak liku-liku cerita sinetron yang semakin tidak mendidik itu.
Tidak ada aktifitas khusus disini, semua berjalan seperti biasanya tidak begitu istimewa. Para kaum muda sibuk main karambol dan ada yang bermain catur sedang bapak-bapak sebagian bercanda dan bermain kartu. Setengah jam saya mengamati, memasang telinga dan memancing warga dengan pembicaraan tentang pahlawan di zaman perang tapi sepertinya mereka tidak peduli, malah mereka sibuk berbicara dan bercerita tentang kesibukkan kerja mereka.
Entah ini sudah kekecawaan yang keberapa. Segalanya berjalan rapi, tanpa kordinasi tapi semua seperti seirama, tidak perlu bahas kemerdekaan apalagi memasang merah putih di depan rumah. Tidak seperti dulu, saat kita sama-sama protes tentang sertifikat tanah. Setiap hari ada rapat warga, diwarung dibalai desa semua bicara tentang hak yang di rampas dari warga. Kami seolah-olah diperas diberikan kewajiban beban pajak tapi tidak pernah berikan hak sebagai warga Negara. Tapi walau seperti itu seriusnya tetap saja, waktu dipengadilan yang datang hanya para staf kelurahan dan yang berstatus sebagai warga biasa hanya saya. Tapi kali ini tidak perlu rapat, tidak perlu pasang spanduk ataupun demo dikecamatan. Semua berjalan seperti tidak ada apa-apa.
Waktu telah larut, warga satu persatu beranjak pulang kerumah. Saya pun demikian, setelah membayar saya pun berlalu. Mungkin lebih baik saya mengikuti warga tidak perlu resah dan terlalu serius bicara Negara dan kemerdekaan. Mending istirahat dirumah, simpan tenaga dan fikiran untuk bekerja esok hari dan biarkan 17 Agustus saat ini dan untuk tahun-tahun mendatang berjalan tanpa ada apa-apa. Setidaknya dimulai sejak tahun ini. Sampai dirumah saya langsung rebah diranjang, pasti harus seperti ini, kadang masalah dan resah harus dipasrahkan, biar waktu yang menyelesaikan segalanya.
Saat terlelap di pagi-pagi benar saya tersentak. Pintu kamar di ketuk dengan keras. Saya langsung bangkit cari tahu apa yang terjadi. Betapa kagetnya saya saat membuka pintu, didepan pintu telah berdiri dengan wajah marah anak laki-laki saya yang telah kuliah di perguruan tinggi swasta.
“ Ayah telah memberontak!”
“ Ayah bukan lagi menjadi warga Negara yang baik dan tidak punya jiwa nasionalisme.”
“ Mengapa ayah tidak mengkibarkan bendera di depan rumah di hari kemerdekaan? “
Sejenak terdiam, saya bingung hendak menjawab apa ingin rasanya saya jelaskan tentang ini. Tapi saya harus mulai dari mana, dari saya yang dihianati warga atau saya yang menghianati warga. Belum sempat saya menjawab anak saya itu lsngsung mengambil bendera dalam almari lalu memasangnya di depan rumah kemudian pergi berangkat kuliah.
Mungkin inilah jawab atas segala masalah itu. Saat ini waktunya yang muda yang bergerak. Orang seperti saya waktunya diam dan mengamati saja. Biarkan mereka para pemuda belajar dan pegang kendali.
Ngagel, 17 agustus 2010

PERLAWANAN

 *Pada Penjajajah

Sobek saja
Hingga merah mengalir di dada
Dan akan kau jumpai
Rangkai putih belulang menyembul disana
Percuma
Kau iris daging ini
Tuk jadi umpan anjingmu
-          yang menyalak galak itu
Ingat!
Hanya detik ini
Kuberi kalian waktu mencabik dagingku
Sedetik lagi akan tiba giliranku
Memberangus bangsamu
Sebab sakit kian mendalam
aku benci penghianatan
Sobek saja
Hingga merah mengalir di dada
Rangkai putih menyembul disana
Ingat
Sedetik lagi akan musnah bangsamu

Surabaya, 05082009

BEBERAPA BENTUK PANGGUNG

 



 


PANGGUNG PROSENIUM
 








PARA PENGUASA

adakah kau tangisi
atau,
malah berbangga diri
beribu nyawa terbaring
atas harga diri
yang kau kenakan dikaki
lihatlah!
negeri subur sebab darah
negeri sejuk karna belulang
masihkah kau sebut pengorbanan
atas ambisi yang berkerudung negara
untuk ego yang kau balut dengan tirai bangsa
lalu dengan bangga keu pekikkan
"merdeka"
"ini revolusi"
tapi kau lari kekolong ranjang
jilati payudara yang montok
selami vagina
naik turun puaskan hasrat
dipuncak dakimu,masih kau teriak
"ini juga revolusi"
sementara yang panggil tentara
yang dengan mesra kau besarkan dengan kata rakyat
ludes tergusur buldozer
mati tertikam kemaluanmu
lalu dipagi waktu kau bicara
"ini adalah revolusi"
"mereka yang tiada adalah pahlawan bangsa"
"biarlah mereka bahagia disurga"
selesai itu,
kau kembali menyetubuhui gundikmu

240107


PERTIWI

Semangat pertiwi,
sempurna bumi mengandung perih luka limbah dan sampah
Hektar demi hektar helai penutup auratnya ditelanjangi,
demi perut yang tak kunjung puas diisi....
Tanpa disadari luka terlanjur dalam dan lebar menganga
hingga muntahkan nanah yang luluhkan PORONG
Darah terus mengalir jadi banjir menggenangi seluruh daratan
Bersih dadamu desirkan hasrat
Curam lembah pangkal pahamu
Deraskan kringat dalam atmosfer panas

pertiwi tanpa kain penutup diri
Udara terjerembab masuk keliangmu tanpa halang
Kepala geleng dibuat terus mengiang,

Yang terhirup tak bersih lagi
Yang diminum tak steril lagi
Limbah dan polusi meracuni darahku
Tubuhku
Jiwaku
Otakku

pertiwi ibu kami
beri semangatmu!
serupa tabahmu hadapi durhaka anak-anakmu.......
beri restu bumi tuk hapuskan keringat keningmu

250509

PARADE ANGKA

0123
4567
8 lalu 9
lanjut berlanjut
bukan pada 1 titik tentu
0 bukan hanya omong
7 mungkin kesepakatan
harusnya 9 dapat bagian
dimana akhir jika terus bergulir
apa ini yang berstatus evolusi

270107

BHINEKA

serpih-serpih,puing-puing
terpisah,terberai
menyimpul
utuh!
satu!
mungkin
bisatak bisa
menjadisimpul
untukkembali
utuh!
satu!
120407

RINDUKU

rinduku bertumpukmenggunung
menindih lumpuhkandenyut
nging...nging...nging
ngiang itu tariansuci
berputar menggasing
sesak nafas tersumpaldebu
kening manja padabelai permadani
merunduk merujukkiblat
aku rindu
puncak hening
mencampak tubuhmencumbu ruh
beban itu mencambuk
menusuk
hingga ku berlari
kembali
270107


katarsis


memelukmu
merapatkan lidah api
didinding salju
kemarin,
kesahajaan dan pengertian
ditukar ambisi
engkau minta spercik api
tuk memasak cinta ditungkumu
namun,
oborku telah membakarmu

200208

atraktor



semilir meremas kalbu
menarik,ajak menari
pasrah pada senandung
melagu pada irama
lantun bait illahi

Duar!
dentum meriam kobar semangat
bukan masa menimbang
hitam putih bukan sekedar pilihan
titik abu jadi debu
pendulum akan kembali
kekal pada garis atraktor

270107

sekali waktu


sekali waktu,
ingin kuketuk pintu rumahmu
dan,
kujumpai senyummu menyambutku

sekali waktu,
bolehkah aku
berlama-lama
-dimeja malammu
kita bercerita
tentang
angin yang menghembus sepoi
tentang
hijau daun yang menguning dan jatuh

sekali waktu saja,
kita bicara
tentang esok,akan datang
tanpa perbandingan
atas apa dan siapa
tentang kedamaian
serta keselarasan sikap yang hilang

mungkin kini waktunya
kita kembali pada hati
dan
kejujuran rasa
070707

Ego


*kepada para jagoan

jka kehormatan dikepala
aku jua berharga
aku takkan menyapamu
sebelum engkau memanggilku

bila kita paling mulia
jangan tegur tetangga
mereka beda

sebaiknya kita dihutan
membangun kehormatan dan cita
jangan ada tamu
itu golongan lain
menerima berarti dosa

tutup pintu rapat
jendela juga
biar pengap dan khusuk kita

tanam kebutuhan hidup
biar 100% dijamin halal dam aman
dari racun dan jompa-jampi
juga segala keburukan pasar

jangan sekolahkan anak-anak kita
larang mereka berinteraksi
diluar terlalu banyak hegemoni
biar mati kita disini
berubah adalah musibah dan bid'ah
111108

Luwes

pada sang kala
Bentang cakrawala
Membias
Kian pudar warnanya
Tangan mengepal
Lemas tanpa daya

Masih saja mendebat waktu
Yang bergulir diluar alurmu
Dibuatlah keadaan
tanpa daya melawan segala
Padahal itu goda bagi keteguhan jiwa

Lelaki rindu ibu
Perempuan rindu ayah
Kekasih rindu cinta
Cinta rindu kasih
Kasih rindu sahabat

Dapatkah kita berperan disini

100810

Genggam


Seseorang pernah berkata kepadaku “ janganlah engkau terlalu erat menggenggam pasir karena akan membuatnya terberai, jangan pula menggenggamnya terlalu longgar karena pasti sulit didapat.” Mendengar hal itu otakku bingung, berbagai cara kurenungkan agar aku dapat mengambil pasir dengan mudah dan hasil yang melimpah. Lalu orang itu kembali melanjutkan kata-katanya, “ jika engkau mau sedikit susah payah, coba ambillah sekop, sekoplah pasir itu dan masukkan ke ember setelah itu kau tinggal membawanya kemananapun engkau suka.” . “ Namun jika kau mengerjakkan segala sesuatu dengan penuh suka dan kasih sayang tak akan pernah ada kesusahan dalam pekerjaan itu.”tambahnya melanjutkan ucapanya.
Sebuah analogi tentang pasir  yang bertumpuk menjulang tinggi. Mungkin sulit dimengerti bagaimana kita bisa menerjemhkan arti dari sesuatu yang banyak dan maha luas. Sesuatu tengtang semesta misalnya, tetapi tentu mudah bagi kita bagaiman cara efektif dan efisien dalam mengambil pasir sebanyak yang kita inginkan. Apa hubungannya pasir dengan semesta ?. Sebuah pertanyaan yang perlu direnungkan dengan arif dan bijak dalam menjawabnya. Karena hal itu sulit diterjemahkan dengan angka dan kata-kata.
Begitupun dengan cinta. Cinta adalah anugerah yang maha luas. Cinta adalah semesta beserta isinya. Dengan cinta tuhan mencipta atas cinta pula kita bertekuk lutut memuja anggun serta kebesarannya.
Pasir dan semesta. Pasir ada dalam semesta. Semesta tersusun dari gumpalan-gumpalan pasir.  Pasir adalah harta tak ternilai dan sering terabaikan.
Jika kita mau diam sejenak, lalu dalam kediaman itu kita renungkan bahwa bila kita melakukan sesuatu, apapun itu jika dalam melakukannya ada dan kita dapatkan sebuah unsur kesenangan maka ada cinta disana. Kesenangan dan kegembiraan adalah pangkal cinta.
Cinta tersusun dari buliran halus kasih sayang yang terbang tulus dalam atsmosfir jiwa. Kita harus pandai dalam mengekspresikan rasa tersebut. Karena cinta merupakan sebuah teka teki dan jawabnya terselip diantara dirimu dan kekasihmu. Jika kalian mempunyai jawab yang sama maka sesungguhnya kalian telah ditakdirkan sang maha cinta untuk hidup bersama.
Apa kau ingin sebuah cinta ?
Sungguh miskin jiwamu jika ya jadi jawabnya. Karena cinta itu bukan didapat tapi harus diberi. Berikanlah kasih sayang cintamu pada mereka para pemuja yang sepi. Katakan pada mereka bahwa engkau telah mengambil cinta dalam semesta dengan sekop kasih sayang dan memasukkanya dalam ember hatimu untuk kau persembahkan mereka. Dengan kaki yang tergerak oleh jantung dan tangan yang tertopang nafasmu kau menyuguhkannya dengan penuh ikhlas. Jangan lupa sampaikan juga pada mereka bahwa disana dalam semesta masih tersimpan bukit cinta kasih tuhan yang lebih tinggi dan lebih berarti. Bila mereka menginginkan semua itu engkau akan dengan sungguh dan gembira mengambil serta mempersembahkan kepada mereka.
Akulah angin yang terbawa arus asmara. Nadaku sumbang siulanku tak merdu, janganlah kalian mendengarkannya. Aku dibentuk dari suhu gurun pasir dan terbentur oleh hawa lautan Artik.
Sesungguhnya aku tak pernah ada dan jauh dari peradabanmu.
Wahai kalian yang tercipta dalam irama cinta dan kucuran keringat, masihkah kalian teguhkan hati?. Apakah kesetiaan kalian setegar batu karang, kuat dihempas ombak namun habis juga terkikis sang waktu.
Inilah aku dalam alamku. Setelah bergejolak dengan hebatnya, lahar itupun meraba raba jalan untuk mencurahkan emosinya. Kini lahar itu telah telah diam dengan tenang, tergenang dalam danau serpih jiwa dan menjadi lava yang abadi disana.
Sebenarnya sebelum semua itu terjadi, jiwa ini terliputi oleh rasa cemas dan gelisah yang amat sangat. Adakah ruang yang mampu menampung muntahan yang begitu besar itu ?. Namun takkan pernah tertampung rasamu jika tak kau muntahkan.
Jangan pernah takut pada ada atau tidaknya ruang atau danau yang mampu menampung laharmu. Mungkin danau itu belum terbentuk sehingga perlu digali dan diperluas dengan kedewasaan dan cangkul waktu. Yakinlah!Setelah tiba waktunya nanti lavamu akan menjadi sejuk dan menyuburkan. Sesungguhnya cinta itu memberikan kedamaian. Damai itutumbuh pada lahan yang subur. Kesuburan itu terbentuk dari lahar yang membeku dan mendiam dalam danaumu. Maka dari itu luapkan laharmu, jangan biarkan ia membakar dirimu sendiri.
021007

Balada awal dan akhir


Awal adalah semula
Berjalan merajut harapan
Masa perkaya diri
Mengenali sketsa mimpi
          Akhir adalah titik henti
          Memulai masa langkah bersama
          Menuju masa depan
          Menempatkan diri
          Mengambil peran dalam sandiwara tuhan
Awal semula akhir segala
Akhir mulai awal melangkah
101007

LENSA LAMPU

Ha,,,,ha,,,,….

Kali ini kita akan bahas sedikit tentang lensa yang biasa dipakai pada lampu-lampu pertunjukkan, tentunya kawan-kawan tidak bosan kan mengikuti perkembangan blog saya ini… . Pada beberapa jenis lampu terdapat sebuah lensa yang sengaja disertakan sebagai tambahan fitur -wah jadi kayak ponsel aja,,,,- . Diantara yang berbagai itu adalah lampu ellips, Fresnel dan lampu pebble convex. Lensa sendiri dipakai sebagai pembias atau pembelok cahaya sehingga hasil penyinaran sesuai dengan yang kita inginkan. Lensa bisa saja terbuat dari gelas kaca ataupun dari bahan plastic tentunya yang tahan panas.

Lensa yang pertama kita bahas ialah :

Lensa Planno :


Kelebihan lensa ini ialah membentuk lingkaran cahaya yang garis tepinya jelas kelihatan. Lensa ini biasanya terpasang pada lampu jenis Ellisiodal. Untuk lampu Ellipsiodal ada yang menggunakan satu lensa ada yang menggunakan double lensa. Ellipsiodal yang menggunakan satu lensa disebut Ellipsoidal Reflector Spotlight standart untuk yang memakai double lensa ada dua jenis yaitu yang bifocal dan zoom namun ketiganya tetap dalam jenis lampu Ellipsoidal Reflector Spotlight

Lah, selanjutnya ialah lensa Fresnel,,,

Lensa Fresnel :



Lensa Fresnel bentuk bagian luarnya bergerigi, dengan kelebihan cahaya yang dihasilkan ialah membentuk garis lingkar cahaya yang lebih tipis/lembut dari pada lensa Planno.

Dan akhirnya yang terakhir kali ini…

Lensa Pebble convex :



Lensa ini bentuknya unik,bagian luarnya mirip lensa Planno tapi bagian dalamnya mirip lensa Fresnel. Lalu bagaimana cahaya yang dihasilkan ? seperti bentuknya yang merupakan perpaduan lensa Planno dan Fresnel maka sinar cahaya yang dibiaskan oleh lensa ini menghasilkan cahaya yang kedudukannya diantara lensa Planno dan Fresnel.

LAMPU 2

-->
LAMPU 2
Masih ingat posting saya sebelumnya yang membahas jenis-jenis lampu pementasan..?kalo kawan-kawan lupa – lupa ingat (kaya lagunya kuburan aja) coba kawan rujuk kembali pada Spesifikasi lampu ,pada postingan tersebut membahas hanya beberapa saja dari beraneka jenis lampu yang dapat digunakan sebagai sumber pencahayaan sebuah pementasan. Lah,karena sangat sedikitnya yang mampu saya bahas diposting tersebut, banyak dari kawan-kawan inginkan beberapa jenis lagi yang dibahas, diantaranya lampu Elips, lampu scoop dan kalau bias lebih banyak lagi.
Senang rasanya kawan-kawan mau perduli sehingga masih mau memberikan masukan,saran dan kritik pada sebuah ruang berbagi saya ini. Saya mohon maaf sebelumnya jika sampai saat ini belum bisa menjadikan blog ini seperti kawan-kawan inginkan. Namun kawan semua jangan khawatir seiring waktu akan semakin banyak lagi beberapa hal yang dapat saya bagi disini tentunya tetap berkutat dijalur SASTRA DAN TEATER he…..he…he…
Baiklah tanpa banyak bacot lagi,kali ini saya akan membahas tentang lampu Elips.
Ellipsoidal Spot: Ellipsoidal Spot adalah sebuah lampu spot yang memiliki reflector ellipsoidal,saya harap kawan tidak bertanya apa itu reflector..he,,he…(karena saya pasti bingung jawabnya) tapi semua akan jelas ketika kawan-kawan lihat gambar dibawah ini :

REFLEKTOR
Spesialnya lampu ini adalah sistemnya yang menggunakan lensa plano,wah..wah istilah apalagi ni….jangan bingung kawan,lihat kiriman saya tentang lensa aja pasti semua terjawab….tapi yang pasti kelebihan lensa plano ialah kemampuannya menghasilkan lingkar cahaya dengan garis tepi yang tipis. Jadi lampu ellips mampu menciptakan bentuk cahaya dengan garis tepi yang tipis jika dalam keadaan focus namun bisa juga dibuat kabur bila sengaja tidak difokuskan tapi tidak bisa dibuat selembut lampu fresnell. Selain kelebihan pada lensanya,lampu ellips dibekali shutter yang bisa mengatur cahaya dan membentuknya sesuai keinginan kita dan juga terdapat iris dan didepannya  terdapat ruang untuk menempatkan gobo. Gobo ialah plat metal yang motifnya dapat kita buat sendiri yang nantinya motif tersebut dapat diproyeksikan oleh lampu ellips.
Ellipsiodal Reflector Spotlight

Begitulah kawan,pengetahuan saya tentang lampu ellips,saya harap kawan-kawan dapat memahami apa yang saya tawarkan…he..he… .

Ritual

Sebuah ritual sederhana,saya persembahkan untuk Bumi
Semoga berguna

Spesifikasi Lampu

PAR64 :PAR adalah singkatan dari Parabolic Aluminized Reflector, yaitu lampu tersegel seperti lampu mobil, dimana filamen, reflektor dan lensa tergabung menjadi satu kesatuan. Rumah lampunya berisi lampu dan bingkai untuk warna. sinarnya kuat namun batas sinarnya lembut. PAR64 adalah lampu sorot yang biasanya berkekuatan 1000watt (ada juga yang 500 watt). Entah itu kebiasaan yang umum atau bagaimana, PAR64 biasanya sudah dipaket menjadi BAR. 1 BAR terdiri dari 6 unit PAR64, Dan bila 1 BAR terdiri dari 6 lampu PAR64 berarti kebutuhan listrik menjadi 6000 watt.
 
Flood Halogen
Flood halogen adalah lampu yang cahayanya 'membanjiri' arah tertentu tanpa ada fokus. Lampu ini menerangi daerah tertentu secara lebar dan merata, dan lampu ini praktis sekali jika digunakan untuk menyapu panggung dengan jumlah lampu yang minimum. Lampu bercahaya putih ini biasanya digunakan sebagai penerang untuk acara yang bukan hiburan.



 

Martin MAC 250  ( moving head )
Sistem optiknya yang radikal dan sangat efisien menghasilkan cahaya yang terang namun tetap lembut. Moving head ini menawarkan 12 warna, 8 gobo rotasi, lensa prisma 3 permukaan yang dapat berotasi dan fasilitas fokus elektrik







·                                  Follow Spot    :Lampu sorot khusus yang biasanya manual dan diletakkan jauh dari panggung. Biasanya digunakan untuk keperluan menyorot dan mengikuti langkah seseorang.Biasanya dalam wedding digunakan untuk menyorot saat pengantin masuk ke ruangan dari pintu masuk. Kekuatan dari Follow Spot biasanya 1200 watt atau lebih. Dan diletakkan letakkan lebih tinggi dari lantai.
 
  Fresnell :Lampu dasar yang mengeluarkan sorot putih bersih, bentuknya bermacam macam ada yang kotak dan ada yang bulat sisi depannya. Kekuatan dari lampu ini mulai dari 1000watt. Namun kebanyakan tersedia dalam ukuran 2000watt. Lampu ini sangat dibutuhkan untuk setiap acara. Dikarenakan kebutuhan kamera video dan kamera foto menjadi lampu yang sangat mendasar.Meskipun kasat mata, anda tidak dapat membedakan sorot PAR64, FollowSpot, dan Fresnell, tapi kamera tak dapat tertipu.

Berkunjug

Berkunjung
Siang hari jarum jam menunjuk angka dua belas, jarum panjang tepat diangka satu. Musim kemarau kali ini lebih panjang dari sebelumnya. Hal itu pasti dipengaruhi oleh usia bumi yang renta, sehingga dia mudah sakit dan lupa jadwal musim. Dalam tikam panas mentari aku melangkahkan kaki menuju terminal swasta milik salah satu pengusaha asing untuk mencari transportasi ke arah tujuan. Entah mengapa negeri ini disebut kaya raya padahal hampil seluruh bangunan pabrik dan lahan produksi bukan milik warga Negaranya sendiri.
Sesampai ditujuan, aku menunggu didepan dengan harapan kepraktisan dan efisiensi waktu, maklum aku sudah sangat terburu oleh waktu dan diriku sendiri.
"Itu dia bus yang aku tunggu telah penuh dengan penumpang", guman dalam hatiku.
Walau telah melebihi dari kapasitas yang dianjurkan aku masih diperbolehkan untuk naik ke dalam bus itu. Bila ditanyakan tentang hal itu pasti jawaban mereka agar dapat memenuhi setoran yang harus diberikan kepada pemilik bus dan seiring waktu berjalan mereka terus memasukkan penumpang sehingga bus jadi sesak untuk bergerak. Inikah bisnis perhubungan,keuntungan harus dibayar dengan hilangnya kenyamanan bahkan keselamatan penumpang?.
Persetan dengan itu semua, yang penting aku naik dan jaga diri dari serangan copet. Sesak bus semakin tak bisa ditoleransi, aku terhimpit hingga berada didaun pintu. Bagaimana bisa selamat bila aku berada ditepi pintu dan berpegangan dengan satu tangan seperti ini?.
Kencang laju bus menghembuskan asap mengantarkanku pada terminal kota tujuan. Langsung aku melompat setelah itu berterima kasih pada tuhan telah memperpanjang usiaku dan semoga DIA mau memperpanjang usia penumpang bus yang lain. Baru saja aku berharap, disekelilingku telah ramai tawar pengobral jasa ojek. Aku berjalan tanpa memperdulikan mereka karena biasanya mereka langsung menodong kita dengan tariff ganda, tentunya dengan alas an yang dibuat seakan-akan ada dan sangat mendesak.
Selintas didepanku ada tukang ojek yang telah digerogoti usia. Melihat hal itu hatiku pun resah dan mendekatinya.
"Maaf pak, bapak bisa mengantar saya"
"Bisa dik, mau diantar kemana?"
"Ke desa taman pak"
"Maaf dik, apa adik tidak salah?"
"Tidak pak, memang mengapa?"
"Tempatnya sangatlah jauh dari sini selain itu jalan kesana mendaki dan harus melewati hutan rimba yang angker"
"Lalu," Aku terdiam sejenak, menalar arah tujuanku. Apa boleh buat kesana telah jadi cita citaku.
"lalu, apa Bapak bersedia mengantar" tanyaku melanjutkan.
"Maaf dik, saya belum gila sehingga mempertaruhkan nasib keluargaku di perjalanan."
"Ya udah pak, tak mengapa." Jawabku menghakhiri dialog. Biar saja aku berjalan kesana. Aku akan tetap teguh melangkah berjalan menjemput gadisku didesa taman hati.
160807

Istilah Dalam Teater

Adegan                    : Bagian dari babak yang menggambarkan satu suasana dari beberapa suasana dalam babak
Additive Mixing        : Pencampuran warna pada objek yang disinari dari dua atau lebih lampu yang berbeda
Akting                      : Tingkah laku yang dilakukan pemain sebagai wujud penghayatan peran yang dimainkan
Aktor                       : orang yang melakukan acting
Amphiteater             : Panggung pertunjukan jaman Yunani Kuno
Amplifikasi               : Penguatan energi listrik setelah melalui rangkaian elektronik
Apron                      : Daerah yang terletak di depan layar atau persis di depan bingkai proscenium
Arena                      : Salah satu bentuk panggung yang tidak dibatasi oleh konvensi empat dinding imajiner
Artikulasi                 : Hubungan antara apa yang dikatakan dan bagaimana mengatakanya, dan dipengaruhi oleh penguasaan organ produksi suara
Aside                      : Dialog menyamping, atau suara hati dan pikiran tokoh
Atmosfir                  : Isitlah teater untuk menyebutkan suasana atau kondisi lingkungan
Audibility                 : Segala sesuatu yang berkaitan dengan pendengaran
Auditorium              : Ruang tempat duduk penonton dalam panggung proscenium
Backdrop               : Layar paling belakang. Kain yang dapat digulung atau diturun-naikkan dan  membentuk latar belakang panggung
Bahasa tubuh          : Bahasa yang ditimbulkan oleh isyarat-isyarat dan ekspresi tubuh
Bar                         : Pipa bisa yang digunakan sebagai baris untuk pemasangan lampu
Barndoor                : Sirip empat sisi yang diletakkan pada lampu dan digunakan untuk mebatasi lebar sinar cahaya
Batten                     : (1) Lampu flood yang dirangkai dalam satu kompartemen (wadah). (2) Perlengkapan panggung yang dapat digunakan untuk mengaitkan sesuatu dan dapat dipindahpindahkan
Beats                      : Satu kesatuan arti terkecil dari dialog
Belly to Belly          : Dua lensa yang dipasang berhadapan dalam sebuah lampu dan jaraknya bisa diatur
Bifocal                    : Lampu Bifocal adalah lampu profile standar yang ditambahi dengan shutter tambahan
Blocking                 : Gerak dan perpindahan pemain dari satu area ke area lain di panggung
Boom                     : Baris lampu yang dipasang secara vertical
Border                    : Pembatas yang terbuat dari kain. Dapat dinaikkan dan diturunkan. Fungsinya untuk memberikan batasan area permainan yang digunakan
Bracket                  : Pengait untuk memasang lampu pada boom. Disebut pula sebagai boom arm
Catwalk                 : Permukaan, papan atau jembatan yang dibuat di atas panggung yang dapat menghubungkan sisi satu ke sisi lain
Clamp                   : Klem atau pengait untuk memasang lampu pada bar, disebut juga sebagai C-clamp atau Hook Clamp
Control Balance     : Pengaturan tingkat kekerasan suatu sumber suara terhadap sumber suara yang lain
Control Desk     : Disebut juga Remote Control, alat untuk mengatur tinggi rendahnya intensitas cahaya dari jarak jauh
Cyc Light     : Lampu flood yang dikhususkan untuk menerangi layar belakang (siklorama)
Denotasi     : Arti yang sebenarnya sesuai dengan arti yang terdapat dalam kamus
Dialog     : Percakapan para pemain.
Diafragma     : Sekat yang memisahkan antara rongga dada dan rongga perut
Diffuse     : Jenis refleksi cahaya yang memiliki pantulan merata serta panjang sinarnya sama
Diftong     : Kombinasi dua huruf vokal dan diucapkan bersamaan
Diksi     : Latihan mengeja kata dengan suara keras dan jelas
Dimmer     : Alat pengatur tinggi rendahnya intensitas cahaya
Distorsi     : Hasil rekaman suara melebihi standar batas maksimal yang ditentukan
Donut     : Pelat metal yang digunakan untuk meningkatkan ketajaman lingkar sinar cahaya yang dihasilkan oleh lampu spot
Drama     : Salah satu jenis lakon serius dan berisi kisah kehidupan manusia yang memiliki konflik yang rumit dan penuh daya emosi tetapi tidak mengagungkan sifat tragedy
Dramatic Irony     : Aksi seorang tokoh yang berkata atau bertindak sesuatu, dimana tanpa disadari akan menimpa dirinya sendiri
Ekstensi     : Menambah besarnya sudut antara dua bagian badan
Eksposisi     : Penggambaran awal dari sebuah lakon, berisi tentang perkenalan karakter, dan masalah yang akan digulirkan
Elastisitas     : Tingkat kekenyalan suatu objek sehingga dengan mudah bisa diterapkan atau digunakan
Ellipsoidal     : Jenis reflektor yang memiliki bentuk elips
Emosi     : Proses fisik dan psikis yang kompleks yang bisa muncul secara tiba-tiba dan spontan atau diluar kesadaran
Ephemeral     : Sifat pertunjukan yang bermula pada suatu malam dan berakhir pada malam yang sama
ERS     : Elliposoidal Reflector Spotlight. Lampu spot yang menggunakan reflektor berbentuk elips disebut juga lampu profile atau leko
ERS Axial     : Lampu ERS yang bohlamnya dipasang secara horizontal
ERS Radial     : Lampu ERS yang bohlamnya dipasang miring 45 derajat
Farce     : Seni pertunjukan yang menyerupai dagelan tetapi bukan dagelan yang seperti di Indonesia
Filter     : Palstik atau mika berwarna untuk mengubah warna lampu
Flashback     : Kilas balik peristiwa lampau yang dikisahkan kembali pada saat ini
Flat Karakter     : Karakter tokoh yang ditulis oleh penulis lakon secara datar dan biasanya bersifat hitam putih
Fleksi (flexion)     : Membengkokkan suatu sendi untuk mengurangi sudut antara dua bagian badan
Fleksibelitas     : Daya lentur suatu objek / tingkat kelenturan suatu objek
Flies     : Disebut juga penutup. Bagian atas rumah panggung yang dapat digunakan untuk menggantung set dekor serta menangani peralatan tata cahaya
Floodligth     : Jenis lampu yang sinar cahayanya menyebar serta tidak bisa diatur fokusnya
Focal Point     : Titik temu (pusat) pendar cahaya
FOH     : Front Of House. Bagian depan baris kursi penonton dimana di atasnya terdapat pipa baris lampu
Fokus     : (1) Istilah dalam penyutradaraan untuk menonjolkan adegan atau permainan aktor. (2) Istilah tata cahaya untuk area yang disinari cahaya dengan tepat dan jelas
Follow Spot     : Jenis lampu spot yang dapat dikendalikan secara manual untuk mengikuti arah gerak pemain
Fore Shadowing : Bayang-bayang yang mendahului sebuah peristiwa yang sesungguhnya itu terjadi
Foyer     : Ruang tunggu penonton sebelum pertunjukan dimulai atau saat istirahat
Frequency Respon : Kemampuan dalam menangkap frekuensi pada batas maksimum dan minimum
Fresnel     : (1) Lensa yang mukanya bergerigi. (2) Jenis lampu yang menggunakan lensa bergerigi
Gesture     : sikap tubuh yang memiliki makna, bisa juga diartikan dengan gerak tubuh sebagai isyarat
Gestus     : Aksi atau ucapan tokoh utama yang beritikad tentang sesuatu persoalan yang menimbulkan pertentangan atau konflik antar tokoh
Gimmick     : Adegan awal dari sebuah lakon yang berfungsi sebagai pemikat minat penonton untuk menyaksikan kelanjutan dari lakon tersebut
Globe     : Panggung yang tempat duduk penontonnya berkeliling, digunakan dalam pementasan teater jaman Elizabeth di Inggris
Gobo     : Pelat metal yang dicetak membentuk pola atau motif tertentu dan digunakan untuk membuat lukisan sinar cahaya
Groundrow     : Lampu flood yang diletakkan di bawah untuk menerangi aktor atau siklorama dari bawah
Imajinasi     : Proses pembentukan gambaran-gambaran baru dalam pikiran, dimana gambaran tersebut tidak pernah dialami sebelumnya atau mungkin hanya sedikit yang dialaminya
Improvisasi     : Gerakkan dan ucapan yang tidak terencana untuk menghidupkan permainan.
Intonasi     : Nada suara (dalam bahasa jawa disebut langgam), irama bicara, atau alunan nada dalam melafalkan kata-kata, sehingga tidak datar atau tidak monoton.
Insersio     : Kearah mana otot itu berjalan atau arah jalannya otot yang bergerak.
Irama     : Gelombang naik turun, longgar kencangnya gerakkan atau suara yang berjalan dengan teratur
Iris     : Piranti untuk memperbesar atau memperkecil diameter lingkaran sinar cahaya yang dihasilkan oleh lampu
Jeda     : Pemenggalan kalimat dengan maksud untuk memberi tekanan pada kata.
Karakter     : Gambaran tokoh peran yang diciptakan oleh penulis lakon melalui keseluruhan ciri-ciri jiwa dan raga seorang peran
Karakter Teatrikal: Karakter tokoh yang tidak wajar, unik, dan lebih bersifat simbolis.
Kolokasi     : Asosiasi kata dengan bahasa yang tidak formal, bahasa percakapan sehari-hari pada suatu tempat dan masa tertentu.
Komedi     : salah satu jenis lakon yang mengungkapkan cacat dan kelemahan sifat manusia dengan cara yang lucu, sehingga para penonton bisa lebih menghayati kenyataan hidupnya
Komedi Stamboel : Pertunjukan teater yang mendapat pengaruh dari Turki dan sangat populer di Indonesia pada jaman sebelum kemerdekaan
Komunikan     : Penerima komunikasi
Komunikator     : Penyampai kamunikasi
Konflik     : Ketegangan yang muncul dalam lakon akibat adanya karakter yang bertentangan, baik dengan dirinya sendiri maupun yang ada di luar dirinya.
Konotasi     : Arti kata yang bukan sebenarnya dan lebih dipengaruhi oleh konteks kata tersebut dalam kalimat.
Konsentrasi     : Kesanggupan atau kemampuan yang diperlukan untuk mengerah kan pikiran dan kekuatan batin yang ditujukan ke suatu sasaran tertentu sehingga dapat menguasai diri dengan baik.
Lakon     : Penuangan ide cerita penulis menjadi alur cerita yang berisi peristiwa yang saling mengait dan tokoh atau peran yang terlibat, disebut juga naskah cerita
Lakon Satir     : Salah satu jenis lakon yang mengemas kebodohan, perlakuan kejam, kelemahan seseorang untuk mengecam, mengejek bahkan menertawakan suatu keadaan dengan maksud membawa sebuah perbaikan
Latar Peristiwa     : Peristiwa yang melatari adegan itu terjadi dan bisa juga yang melatari lakon itu terjadi
Latar Tempat     : Tempat yang menjadi latar peristiwa lakon itu terjadi.
Latar Waktu     : Waktu yang menjadi latar belakang peristiwa, adegan, dan babak itu terjadi
Level     : (1) Istilah pemeranan dan penyutradraan untuk mengatur tinggi rendah pemain. (2) Isitilah tata suara untuk tingkat ukuran besar kecilnya suara yang terdengar
Lever     : Bilah yang dapat dinaikkan dan diturunkan yang terdapat pada control desk
Ligamen     : Jaringan ikat yang menghubungkan otot dengan tulang atau pembungkus sendi.
Melodrama     : Salah satu jenis lakon yang isinya mengupas suka duka kehidupan dengan cara yang menimbulkan rasa haru kepada penonton
Membran     : Selaput atau lapisan tipis yang sangat peka terhadap getaran
Metacarpal     : Disebut juga dengan metatarsus atau ossa metatarsalia yaitu tulang pertama dari jari
Mime     : Pertunjukan teater yang menitikberatkan pada seni ekspresi wajah pemain
Mimetic/mimesis : Peniruan atau meniru sesuatu yang ada
Mimik     : Ekspresi gerak wajah untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain
Mixed     : Jenis refleksi cahaya yang hasilnya bercampur antara relfeksi diffuse dan specular
Monolog     : Cakapan panjang seorang aktor yang diucapkan di hadapan aktor lain
Noise     : Gangguan suara yang tidak diinginkan dalam memproses suara atau rekaman
Observasi     : Kegiatan mengamati yang bertujuan menangkap atau merekam hal apa saja yang terjadi dalam kehidupan
Orchestra Pit     : Tempat para musisi orkestra bermain
Origio     : Tempat otot timbul atau tempat asal otot yang terkuat
Pageant     : Panggung kereta abad Pertengahan yang digunakan untuk mementaskan teater secara berkeliling
Panoramic     : Kesan suara yang terdengar pada telinga kiri atau telinga kanan
Pantomimik     : Ekspresi gerak tubuh untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain
PAR     : Parabolic Aluminized Reflector. Lampu yang menggunkan reflektor parabola terangkai dalam satu unit dengan lensanya
Parafrase     : Latihan untuk menyatakan kembali arti dialog dengan menggunakan kata-kata kita sendiri, dengan tujuan untuk membuat jelas dialog tersebut
PC     : (1) Planno Convex, jenis lensa yang permukaannya halus. (2) Jenis lampu yang menggunakan lensa tunggal baik lensa Planno Convex atau Pebble Convex
Pebble Convex     : Jenis lensa yang mukanya halus tapi bagian belakangnya bergerigi
Pemanasan     : Serial dari latihan gerakan tubuh dimaksudkan untuk meningkatkan sirkulasi dan meregangkan otot dengan cara progresif (bertahap).
Pemeran     : Seorang seniman yang menciptakan peran yang digariskan oleh penulis naskah, sutradara, dan dirinya sendiri.
Penonton     : Orang yang hadir untuk menyaksikan pertunjukan teater
Pernafasan     : Peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida
Pita magnetic     : Pita plastic yang dilapisi oleh serbuk magnet yang digunakan untuk menyimpan getaran listrik
Planno Convex     : Jenis lensa (lih. PC)
Plot     : Biasa disebut dengan alur adalah kontruksi atau bagan atau skema atau pola dari peristiwa-peristiwa dalam lakon, puisi atau prosa dan selanjutnya bentuk peristiwa dan perwatakan itu menyebabkan pembaca atau penonton tegang dan ingin tahu
Polarity     : Kemampuan maksimum dalam menangkap sumber suara
Practical     : Lampu sehari-hari atau lampu rumahan yang digunakan di atas panggung
Preset     : Pengaturan intensitas cahaya pada control desk disaat lampu dalam keadaan mati (tidak dinyalakan)
Profile     : Jenis lampu spot yang dapat ukuran dan bentuk sinarnya dapat disesuaikan
Properti     : Benda atau pakaian yang digunakan untuk mendukung dan menguatkan akting pemeran.
Protagonis     : Peran utama yang merupakan pusat atau sentral dari cerita
Proscenium     : Bentuk panggung berbingkai
Proscenium Arc     : Lengkung atau bingkai proscenium
Resonansi     : Bergema atau bergaung
Rias Fantasi     : Tata rias yang diterapkan untuk menggambarkan sifat atau karakter yang imajinatif
Rias Karakter     : Tata rias yang diterapkan untuk menegaskan gambaran karakter tokoh peran
Rias Korektif     : Tata rias yang diterapkan untuk memperbaiki kekurangan sehingga pemain nampak cantik
Ritme     : Tempo atau cepat lambatnya dialog akibat variasi penekanan kata-kata yang penting.
Round Karakter : Karakter tokoh dalam lakon yang mengalami perubahan dan perkembangan baik secara kepribadian maupun status sosialnya
Scoop     : Jenis lampu flood yang menggunakan reflektor ellipsoidal
Sendi     : Hubugan yang terbentuk antara dua tulang.
Sendratari     : Pertunjukan drama yang di tarikan atau gabungan seni drama dan seni tari
Side Wing     : Bagian kanan dan kiri panggung yang tersem bunyi dari penonton, biasanya digunakan para aktor menunggu giliran sesaat sebelum tampil
Skeneri     : Dekorasi yang mendukung dan menguatkan suasana permainan
Skenario     : Susunan lakon yang diperagakan oleh pemeran
Soliloki     : Cakapan panjang aktor yang diucapkan seorang diri dan kepada diri sendiri
Specular     :Jenis refleksi yang memantulkan cahaya seperti aslinya (efek cermin)
Snoot     : Disebut juga Top Hat, piranti yang digunakan untuk mengurangi tumpahan cahaya
Spherical     : Jenis reflektor yang memiliki bentuk setengah lingkaran
Spread     : Jensi refleksi cahaya yang mengenai objek dengan intensitas lebih tinggi garis cahayanya akan memendar dan direfleksikan lebih panjang dari yang lain
Stand     : Pipa untuk memasang lampu yang dapat berdiri sendiri
Struktur Dramatik : Rangkaian alur cerita yang saling bersinambung dari awal cerita sampai akhir.
Suara Nasal     : Suara yang dihasilkan oleh rongga hidung karena udara beresonansi.
Suara Oral     : Suara yang dihasilkan oleh mulut
Subtractive Mixing: Pencampuran warna cahaya yang dihasilkan dari dua filter berbeda
Surprise     : Peristiwa yang terjadi diluar dugaan penonton sebelumnya dan memancing perasaan dan pikiran penonton agar menimbulkan dugaan-dugaan yang tidak pasti.
Sutradara     : Orang yang mengatur dan memimpin dalam sebuah permainan.
Teknik Muncul     : Suatu teknik seorang pemeran dalam memainkan peran untuk pertama kali memasuki sebuah pentas lakon.
Teknik Timing     : Teknik ketepatan waktu antara aksi tubuh dan aksi ucapan atau ketepatan antara gerak tubuh dengan dialog yang diucapkan.
Tema     : Ide dasar, gagasan atau pesan yang ada dalam naskah lakon dan ini menentukan arah jalannya cerita.
Tempo     : Cepat lambatnya suatu ucapan yang kita lakukan
Thrust     : Bentuk panggung yang sepertiga bagiannya menjorok ke depan
Timbre     : Warna suara yang memberi kesan pada kata-kata yang kita ucapkan
Tirai Besi     : Satu tirai khsusus yang dibuat dari logam untuk memisahkan bagian panggung dan kursi penonton. Digunakan bila terjadi kebakaran di atas panggung, tirai ini diturunkan sehingga api tidak menjalar keluar dan penonton bisa segera dievakuasi.
Tragedi     : Salah satu jenis lakon yang meniru sebuah aksi yang sempurna dari seorang tokoh besar dengan menggunakan bahasa yang menyenangkan supaya para penonton merasa belas kasihan dan ngeri sehingga penonton mengalami pencucian jiwa atau mencapai katarsis
Trapezium     : Tulang yang ada pada antara pergelangan tangan dan ibu jari tangan
Trap Jungkit     : Area permainan atau panggung yang biasanya bisa dibuka dan ditutup untuk keluar-masuk pemain dari bawah panggung.
Wicara     : Cara kita berbicara dan cara mengucapkan sebuah dialog dalam naskah lakon
Under     : (tata suara) Hasil rekaman suara yang sangat lemah