Membaca Indonesia
Menelan nilai yang terberai
Di selokan dan gorong-gorong
Koran muat berita
Presiden dalam ancaman teror
Dilayar TV muncul cerita
Nasionalisme dirobek tetangga
Radio dengungkan suara
Jalan macet oleh kendaraan
Aku berlari kekolong ranjang
Sisihkan amuk suara
teriakan anak bangsa
"ini masalah harga diri,bangsa ini jangan lemah,harus berani!harus melawan!"
Suara mengaum bagai singa lapar
Keras pekakkan telinga
Aku tutupi kepala dengan bantal
Buta segala cahaya yang terpental
dari dendam dan amarah
dipantulkan tanah yang basah
oleh darah dan keringat gelandangan
namun,
justru dalam pekat
warna dan bayang menyergap
industri dan pabrik dibangun
diatas tanah yang dirampas dari rakyat
polusi dan limbah
mereka kirim sebagai hadiah
MARI BERSASTRA DAN BERKARYA
Di sini bukan arena pertarungan ala rimba, tapi coba setitik tinggal dilembah nurani sekedar menghisap tirta murni, sari pati puting ibu pertiwi dan cumbu illahi. Buat yang pernah berhenti dan mengajak menari, lalu dengan senyumnya yang tertinggal kembali melanjutkan perjalanannya tuk meraih sesuatu yang lebih berarti. Buat mereka semua yang mencoba jejakkan kakinya di tanah hati.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment