Penyutradaraan
Penyutradaraan berhubungan dengan kerja sejak perencanaan pementasan, sampai pementasan berakhir. Dalam drama tradisional dan wayang sutradara “dalang”. Tugas sutradara drama modern melatih, mengkoordinasikan aktor/aktris, juga memimpin urusan unsur pentas seperti penata lampu, penata pentas, penata musik, penata rias, penata pakaian, dekorator, dan petugas lainnya. Harymawan menyatakan bahwa sutradara adalah karyawan teater yang bertugas mengkoordinasikan segala anasir teater, dengan paham, kecakapan, serta daya imajinasi yang inteligen guna menghasilkan pertunjukan yang berhasil.
Penyutradaraan berhubungan dengan kerja sejak perencanaan pementasan, sampai pementasan berakhir. Dalam drama tradisional dan wayang sutradara “dalang”. Tugas sutradara drama modern melatih, mengkoordinasikan aktor/aktris, juga memimpin urusan unsur pentas seperti penata lampu, penata pentas, penata musik, penata rias, penata pakaian, dekorator, dan petugas lainnya. Harymawan menyatakan bahwa sutradara adalah karyawan teater yang bertugas mengkoordinasikan segala anasir teater, dengan paham, kecakapan, serta daya imajinasi yang inteligen guna menghasilkan pertunjukan yang berhasil.
Sejarah Timbulnya Sutradara
Dalam drama tradisional, kurang lebih dua abad yang lalu, belum ada sutradara. Dalam drama tradisional di Indonesia, masing-masing aktor bermain improvisasi. Yang ada hanyalah manajer dan produser. Dalam perkembangan kedudukan sutradara, beberapa kejadian penting dapat dicatat, yaitu sebagai berikut.
a. Pada saat Saxe Meiningen mendirikan rombongan teater di Berlin, pada tahun 1874-1890.. Saat itu dipentaskan 2591 drama di wilayah Jerman. Kemudian mengadakan tour ke seluruh Eropa. Dengan peristiwa itu, dirasa kebutuhan akan adanya sutradara yang mengkoordinasikan pementasan-pementasan..
Dalam drama tradisional, kurang lebih dua abad yang lalu, belum ada sutradara. Dalam drama tradisional di Indonesia, masing-masing aktor bermain improvisasi. Yang ada hanyalah manajer dan produser. Dalam perkembangan kedudukan sutradara, beberapa kejadian penting dapat dicatat, yaitu sebagai berikut.
a. Pada saat Saxe Meiningen mendirikan rombongan teater di Berlin, pada tahun 1874-1890.. Saat itu dipentaskan 2591 drama di wilayah Jerman. Kemudian mengadakan tour ke seluruh Eropa. Dengan peristiwa itu, dirasa kebutuhan akan adanya sutradara yang mengkoordinasikan pementasan-pementasan..
b.
Gurdon Craig (1872), putra Ellen Terry mempelopori penyutradaraan sehingga
namanya sangat terkenal. Sampai kini, nam Craig dipuja sebagai sutradara
genius. Dia dinyatakan sebagai sutradara yang memaksakan gagasannya kepada
aktor/aktris. Melalui dirinya diperkenalkan seniman teater baru yang disebut
sutradara.
c.
Constantin Stanilavsky (1863-1938) merupakan sutradara Rusia yang terbesar. Ia
mendirikan “Moscow
Art Theater”.
Dengan penyutradaraannya, dihilangkan sistem bintang, dan ia merupakan pelopor
penyutradaraan yang mementingkan sukma.
Tugas Sutradara
Sebelum membahas lebih jauh tentang tugas-tugasnya, maka sutradara harus mengerti hal-hal yang berhubungan dengan pementasannya, misalnya:
1. Arti pementasann dan mengapa kontruksi pementassan harus disusun rapi.
2. Mengerti sikap karakter dan juga peranannya di dalam pementasan..
3. Mengerti bagaimana scene yang dibutuhkan, kostum, dan peralatan lampu yang sesuai.
4. Mengerti latar belakang pengarang naskah, periode pementasan, gambaran lingkungan danjuga gambarab audience yang akan menyaksikan.
5. Mampu menyadar kata dan ungkapan yang usang, sehingga dipahami penonton.
6. Mampu menghadirkan lakon sesuai dengan waktu dan tempat pementasan, sehingga suasana hakiki dapat dihayati.
7. Mampu menghadirkan image visual atau image kunci dengan dekorasi yang menggambarkan suasana yang sesuai.
Sebelum membahas lebih jauh tentang tugas-tugasnya, maka sutradara harus mengerti hal-hal yang berhubungan dengan pementasannya, misalnya:
1. Arti pementasann dan mengapa kontruksi pementassan harus disusun rapi.
2. Mengerti sikap karakter dan juga peranannya di dalam pementasan..
3. Mengerti bagaimana scene yang dibutuhkan, kostum, dan peralatan lampu yang sesuai.
4. Mengerti latar belakang pengarang naskah, periode pementasan, gambaran lingkungan danjuga gambarab audience yang akan menyaksikan.
5. Mampu menyadar kata dan ungkapan yang usang, sehingga dipahami penonton.
6. Mampu menghadirkan lakon sesuai dengan waktu dan tempat pementasan, sehingga suasana hakiki dapat dihayati.
7. Mampu menghadirkan image visual atau image kunci dengan dekorasi yang menggambarkan suasana yang sesuai.
Menurut
Fran K. Whitting ada tiga macam tugas utama dari seorang sutradara, yaitu:
merencanakan produksi pementasan, memimpin latihan aktor, dan aktris, dan
mengorganisasi produksi. Dalam hal in, sutradara bertindak sebagai artis, guru
dan eksekutif.
a. Merencanakan Produksi
Sutradara haruslah mampu menangkap pesan dan tema naskah tersebut, nada dan suasana drama secara menyeluruh juga harus dipahami. Untuk menjadi seorang sutradara, seorang harus mempersiapkan diri melalui latihan yang cukup serius, memahami akting dan memahami cara melatih akting dan memahami seluk beluk perwatakan sebagai dimensi dalam diri seorang peran.
Untuk
memimpin pementasan drama besar, sebaiknya seorang calon sutradara mulai dengan
berlatih memimpin drama yang sederhana, dengan latar belakang waktu masa kini
yang tidak membutuhkan berbagai persiapan rumit. Mempersiapkan calon aktor
secara seksama dapat dilakukan sebelum casting ditentukan, sutradara harus
mempertimbangkan secara masak dan dewasa, dari berbagai segi tentang
penunjukkan aktor atau aktris. Di samping menyesuaikan dengan karakternya, baik
secara psikologis, sosiologis maupun fisiologis, maka faktor kecerdasan,
kemudian latihan dan faktor kepribadian calon pemimpin harus mendapat
perhatian.
Untuk
suatu naskah tertentu, sutradara dengan kondisi pemain yang dipilih, dapat
memperkirakan beberapa kali latihan yang dibutuhkan. Dengan demikian,dapat
dibuat time-schedule yang terperinci. Jika waktu pementasan sudah ditentukan,
maka time-schedule ini dapat lebih bersifat pasti.
b. Memimpin Latihan
Periode latihan dapat dibagi menjadi empat periode besar, yaitu:
1. Latihan pembacaan teks drama
2. Latihan blocking (pengelompokkan)
3. latihan action atau latihan kerja teater.
4. Pengulangan dan pelancaran terhadap semua yang telah dilatih
b. Memimpin Latihan
Periode latihan dapat dibagi menjadi empat periode besar, yaitu:
1. Latihan pembacaan teks drama
2. Latihan blocking (pengelompokkan)
3. latihan action atau latihan kerja teater.
4. Pengulangan dan pelancaran terhadap semua yang telah dilatih
Latihan
untuk aktor ini, berhubungan dengan pembinaan akting, blocking, crossing
pemain, penyesuaian dengan teknis pentas, pemyesuaian dengan teknis pentas,
dengan musik, sound system. Pembinaan aktor juga menyangkut teknik muncul,
teknik menekankan isi. Teknik progresi dan teknik membina puncak.
langkah dalam menciptakan peran, yaitu
1. Mengumpulkan tindakan-tindakan pokok yang harus dilakukan oleh sang peran dalam drama itu.
2. Mengumpulkan sifat-sifat watak sang peran, kemudian dicoba dihubungkan dengan tindakan-tindakan pokok yang harus dikerjakannya, kemudian ditinjau, manakah yang harus ditonjolkan sebagai alasan untuk tindakan tersebut.
3. Mencari dalam naskah, pada bagian mana sifat-sifat pemeran itu harus ditonjolkan.
4. Mencari dalam naskah, ucapan-ucapan yang hanya memiliki makna tersirat untuk diberi tekanan lebih jelas, hingga maknanya lebih tersembul keluar.
5. Menciptakan gerakan-gerakan air muka, sikap, dan langkah yang dapat mengekspresikan watak tersebut di atas.
6. Menciptakan timing atau aturan ketepatan waktu yang sempurna, agar gerakan-gerakan dan air muka sesuai dengan ucapan yang dinyatakan.
7. Memperhitungkan teknik, yaitu penonjolan terhadap ucapan serta penekanannya, pada watak-watak sanga peran itu
8. Merancang garis permainan yang sedemikian rupa, sehingga gambaran tiap perincian watak-watak itu, diasjikan dalam tangga menuju puncak, dan tindakan yang terkuat dihubungkan dengan watak yang terkuat pula.
9. Mengusahakanagar perencanaan tersebut tidak berbenturan dengan rencana (konsep) penyutradaraan.
10. Menetapkan bussiness dan blocking yang sudah ditetapkan bagi sang peran dan diusahakan dihapaagar menjadi kebiasaan oleh sang peran.
11. Menghayati dan menghidupkan peran dengan imajnasi dengan jalan pemusatan perhatian pada pikiran dan perasaan peran yang dibawakan.
Pemilihan
Peran oleh Sutradara
Pemilihan aktor-aktris biasanya disebut casting, yaitu sebagai berikut:
a. Casting by Ability: pemilihan peran berdasar kecakapan atau kemahiran yang sama atau mendekati peran yang dibawakan. Kecerdasan seseorang memegang peranan penting dalam membawakan peran yang sulit dan dialognya panjang. Tokoh utama suatu lakon di samping persyaratan fisik dan psikologi juga dituntut memiliki kecerdasan yang cukup tinggi, sehingga daya hafal dan daya tanggap yang cukup cepat.
Pemilihan aktor-aktris biasanya disebut casting, yaitu sebagai berikut:
a. Casting by Ability: pemilihan peran berdasar kecakapan atau kemahiran yang sama atau mendekati peran yang dibawakan. Kecerdasan seseorang memegang peranan penting dalam membawakan peran yang sulit dan dialognya panjang. Tokoh utama suatu lakon di samping persyaratan fisik dan psikologi juga dituntut memiliki kecerdasan yang cukup tinggi, sehingga daya hafal dan daya tanggap yang cukup cepat.
b.
Casting to Type: pemilihan pemeran berdasarkan atas kecocokan fisik
sipemaian. Tokoh tua dibawkan oleh orang tua, tokoh pedagang dibawakan oleh
orang yang berjiwa dagang, dan sebagainya.
c.
Anty type Casting: pemilihan pemeran bertentangan dengan watak dan ciri
fisik yang dibawakan. Sering pula disebut educational casting karena bermaksud
mendidik seseiorang memerankan watak dan tokoh yang berlawanan dengan wataknya
sendiri dan ciri fisiknya sendiri.
d.
Casting to emotional temperament: pemilihan pemeran berdasarkan observasi
kehisupan pribadi calon pemeran. Meraka yang memiliki banyak kecocokan denga
peran yang dibawakan dalam hal emosi dan temperamennya, akan terpilih
membawakan tokoh itu. Pengalaman masa lalu dalam hal emosi akan memudahkan
pemeran tersebut dalam menghayati dan menampilkan dirinya sesuai dengan
tuntutan cerita. Temperamen yang cocok akan membantu proses penghayatan diri
peran yang dibawakan.
e. Therapeutic Casting: pemilihan pemeran dengan maksud untuk penyembuhan
terhadap ketidakseimbangan psikologis dalam diri seseorang. Biasanya watak dan
temperamen pemeran bertentangan dengan tokoh yang dibawakan. Misalnya, orang
yang selalu ragu-ragu, harus berperan sebagai orang yang tegas, cepat
memutuskan sesuatu. Seorang yang curang, memerankan tokoh yang jujur atau
penjahat berperan sebagi polisi. Jika kelaianan jiwa cukup serius, maka
bimbingan khusus sutradara akan membantu proses therapeutic itu.Untuk dapat memilih pemeran dengan tepat, maka hendaknya pelatih drama membuat daftar yang berisi inventarisasi watak pelaku yang harus dibawakan, baik secara psikologis maupun sosiologis. Watak pelaku harus dirumuskan secara jelas. Sebab hanya dengan begitu, dapat dipilih pemeran lakon dengan lebih cepat. Dalam pementasan, aktor-aktris harus ber-acting
No comments:
Post a Comment