MARI BERSASTRA DAN BERKARYA

Di sini bukan arena pertarungan ala rimba, tapi coba setitik tinggal dilembah nurani sekedar menghisap tirta murni, sari pati puting ibu pertiwi dan cumbu illahi. Buat yang pernah berhenti dan mengajak menari, lalu dengan senyumnya yang tertinggal kembali melanjutkan perjalanannya tuk meraih sesuatu yang lebih berarti. Buat mereka semua yang mencoba jejakkan kakinya di tanah hati.

Sajak - Sajak Badrut Tamam Diudiu


Kue Lapis

Negrimu, sayangku!
begitu manis dan lezat seperti kue lapis
asli buatan surga. Renyah
dan enak dikunyah, mudah dibelah
menjadi dua komunity berbalik arah
antara kue rakyat dan kue pemerintah
Semuanya terasa manis
bikin lidah ular-ular mendesis

Karena negrimu negri kue lapis, sayangku,
lalat-lalat dan semut mengerubut
bertahta di atasnya, seperti anai-anai
menggerogoti tiang-tiang bendera
di halaman rumahmu yang kemarin tumbang
sehabis dicumbui badai

Sungguh nikmat negrimu, sayangku,
negri kue lapis di atas nampan emas
perlahan terkikis seperti peluh dan darah
amis menguap
ke udara yang jengah.

Bekasi, 2010
Badrut Tamam Diudiu

Becak On The Way

Di muka sejarah yang paling sendu
ada deru yang lupa kita aduk
dalam semangkok lagu-lagu yang merdu
Dahagapun tak kunjung usai
pada konser resah kaum usiran

Di atas bangku-bangku berdebu
kita duduk manis sambil bersiul
pada awan-awan. Dan sejarah
yang mengayuh kita dari belakang
ngos-ngosan di lapuk usia
pada bahu yang terbungkuk
seperti nasib yang terbatuk-batuk

Kemana juga sampainya?
ke mall atau ke pemakaman sama saja
bikin ternak-ternak menjadi lupa
cara makan dan minum ala kadarnya

Ketika roda nasib berputar
di gang-gang yang sunyi dan sempit
kau dan aku lupa diri
tak tahu kemana laju kereta ini
karena kita memang lupa mengayuh
matahari sendiri
Lupa bayar ongkos sejarah
yang datang
dan yang tumbang hari ini

Bekasi, Juni 2011
Badrut Tamam Diudiu

Pertemuan di Warung Kopi

Setetes darah seorang veteran, dan setetas darah
orang kekinian. Bertemu di sebuah warung kopi.
Setelah berjabat tangan dengan keringat, dua tetes
darah itu saling memandang, sambil menggenggam
belulang dan dagingnya masing-masing.

Di bangku-bangku kenangan dan pengharapan
penuh debu. Mereka duduk
bercengkerama, berjuntaian di tembok nasib
yang gerah nan gamang:
mimpi-mimpi terpasung di kuali waktu mendidih.

Ini jamanku, kata darah orang kekinian. Daging
dan darah kita ini, bolehlah kita jual. Kita rebus
atau kita goreng dulu seperti pisang, ubi, tahu,
atau tempe.
Nyatanya, harga setetes darah tak semahal harga
daging dan belulang, katanya.
Setetes darah seorang veteran membeku, gigil,
pucat dan bening seperti airmata. Mereka pun diam
tak saling bicara. Memalsu yang pahit
dengan gula-gula hampa dalam secangkir resah

Pada sisa tenaga yang nyaris punah. Mereka
mengunyah getir rencana-rencana siluman. Saat
busa-busa asmara dari bibir teknologi berhamburan
kedalam benak sejarah, hitam, bagai banjir luka
masalalu, dan duka masakini menyeruap, pecah
bergetah. Karena tak sanggup menampung
gelegak darah!

Bekasi, 2012
Badrut Tamam Diudiu

Nasi Bungkus

Di perkampungan sunyi yang jauh
atau di nadi-nadi perkotaan
yang senyap. Darah mengalir
di kali pemikiran yang anyir

Kita berdua, makan sebungkus hati
karena setiap kali kita membuka 
sebungkus nasi,
kita menemukan sebuah negri
yang modelnya seperti tahu dan tempe,
kadang seperti bakwan dan ikan teri
dicumbui orek generasi
yang gugup di tengah gempita situasi
tertimbun diam, mie basi birokrasi
plus sambal-sambal politik berbau terasi.

Dalam sebungkus nasi, kita menemukan
tubuh apek para petani, mengerami
telur-telur resah
dalam benak yang jengah
dan semua itu terpaksa kita telan
diam-diam, sembari mendesis
karena semua yang kita kunyah
asam, pahit, tawar ataupun amis
tidaklah gratis!

Bekasi, Des 2011
Badrut Tamam Diudiu

Main Kartu

“Tak siapapun dapat menduga takdir
sebelum permainan benar-benar rampung!”

Kartu-kartu kita mainkan, di sebuah gardu. Lagu
padamu negri berkumandang, bagai suara gergaji
mengiris sejarah anak-anaknya sendiri.
“Dalam permainan ini, kita pakai hukum rimba”. Ujar
raja hitam. Raja hati menyatakan tak setuju
sebab apa gunanya selembar hati
di dalam rimba yang dengki?

Maka demi tegaknya demokrasi. Rakyat di dalam kartu
mengadakan voting, sekaligus memilih pemimpin
atau penglima solusi yang memegang tongkat hukum
sebagai kuasa.

Pemilu pun usai berkali-kali. Raja dan ratu hati tersingkir.
Raja dan ratu hitam berkuasa. Raja dan ratu hitam berkuasa.

Permainan terus berlangsung dengan sistem rimba.
Raja dan ratu bergandengan layaknya selebritis. Bersafari
di sekujur almanak negri. Barisan pengangguran
dan muda-mudi berjejer seperti  angka-angka merah
yang selalu alpa dari rapat-rapat di parlemen. Seperti
hari-hari libur di gubuk batin yang tak makmur.

Dalam permainan ini, berjejer raja-raja dan para ratu.
raja dan ratu Skop, Wajik, Hati dan Klaver datang bergantian

: Raja adil dan Ratu adil, tak pernah ada
sejak permainan kartu diciptakan!

Bekasi, 2012
Badrut Tamam Diudiu, penyair kelahiran Madura, tinggal di Bekasi
Di setujui oleh penyairnya

Sajak sebatang rokok

Sajak sebatang rokok

Kau sembul asap pengharapan
Dari wajah berpendar kerinduan
Samar kudapati siluet dibalik asap membuncah binal
Menjamahi pikiran-pikiran tanpa akal
Menggelayuti rasa tak berpangkal
          Pejantan tinggalkan kecupan pada leher angsa
          Hujaman asap pada ujung api sisakan setangkap cerita
          Pejantan - betina saling padu asmara
          Mengarungi samudera dunia
          Merajut harapan nyata
Tak cukuplah puas berkelana dalam pikirmu
Dibalik asap memandang wajah sendu
Senyuman sejuk misal jagad biru
Mata tajam bak sembilu
Tak cukup satu windu
Seumur hidup pun rasa tak mampu
Mengenalmu dari asap rokok itu


Talitha Nastiti Sakdullah

 Catatan : Dibuat kala melihat sang kekasih hati mencumbui si batang berapi. 29 agustus 2013

Negeri HAHA HIHI

Negeri HAHA HIHI

Aku tersudut di suatu tempat .
Tempat dimana tak kutemukan siapa-siapa .
Tempat dimana kuciumi anyirnya kursi-kursi para petinggi .
Tempat yg selalu menjelma menjadi ruang sidang para pemuja wanita ,harta , dan tahta .
Aku melihat orang-orang bercumbu , bercinta diantara timbunan sampah.
 Lengahannya tenggelam bersama bau keringat.
Aku sedang berada dimana ?
Manusia carut marut mencari harta ,
sementara tikus dan anjing tengah asyik mencabik mayat kere.
Aku berada di tengah hingar bingar lolongan manusia manusia tak berperasaan.
Bangkai-bangkai makhluk tak ber-Tuhan berserakan di gedung-gedung pencakar langit. Artis-artis berjoget , berdisko di ujung pintu neraka.
Selain pada bait-bait puisi
Pada sruputan kopi
Pada polemik-polemik yang tak pernah ku pahami
Lalu kepada siapa lagi aku membagi kebingungan ini?
Di Surau itu Aku menyeru-nyeru namaMu
Tuhan !
Tuhan!
Sepi bisu yang ku temu
Aku ini sedang berada dimana ?
Aku seperti berada dalam negri tak tahu diri.
Masyarakatnya bebas melakukan apapun sesuka hati ,
Korupsi menjalar disana – sini,
Petinggi tunduk pada perempuan berbikini
Seakan tak peduli akan masalah negeri yang semakin ngeri
Disini aku berdiri
Di Negeri HAHA HIHI
Mei 2013

Talitha Nastiti Sakdullah
- Juara dalam Lomba Cipta Puisi Sanggar Lidi Surabaya dalam LPC

MEDITASI dan KONSENTRASI



MEDITASI dan KONSENTRASI
MEDITASI

Secara umum meditasi artinya adalah menenangkan pikiran. Dalam teater dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk menenangkan dan mengosongkan pikiran dengan tujuan untuk memperoleh kestabilan diri.
Tujuan Meditasi :
1.      Mengosongkan pikiran.
Kita mencoba mengosongkan pikiran kita, dengan jalan membuang segala sesuatu yang ada dalam pikiran kita, tentang berbagai masalah baik itu masalah keluarga, sekolah, pribadi dan sebagainya. Kita singkirkan semua itu dari otak kita agar pikiran kita bebas dari segala beban dan ikatan.
2.      Meditasi sebagai jembatan.
Disini alam latihan kita sebut sebagai alam "semu", karena segala sesuatu yang kita kerjakan dalam latihan adalah semu, tidak pernah kita kerjakan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi setiap gerak kita akan berbeda dengan kelakuan kita sehari-hari. Untuk itulah kita memerlukan suatu jembatan yang akan membawa kita dari alam kehidupan kita sehari-hari ke alam latihan.
Cara meditasi :
Posisi tubuh tidak terikat, dalam arti tidak dipaksakan. Tetapi yang biasa dilakukan adalah dengan duduk bersila, badan usahakan tegak. Cara ini dimaksudkan untuk memberi bidang/ruangan pada rongga tubuh sebelah dalam.
Atur pernafasan dengan baik, hirup udara pelan-pelan dan keluarkan juga dengan perlahan. Rasakan seluruh gerak peredaran udara yang masuk dan keluar dalam tubuh kita.
Kosongkan pikiran kita, kemudian rasakan suasana yang ada disekeliling kita dengan segala perasaan. Kita akan merasakan suasana yang hening, tenang, bisu, diam tak bergerak. Kita menyuruh syaraf kita untuk lelap, kemudian kita siap untuk berkonsentrasi.
Catatan :
Pada suatu saat mungkin kita kehilangan rangsangan untuk berlatih, seolah-olah timbul kelesuan dalam setiap gerak dan ucapan. Hal ini sering terjadi akibat diri terlalu lelah atau terlalu banyak pikiran. Jika hal ini tidak diatasi dan kita paksakan untuk berlatih, maka akan sia-sia belaka. Cara untuk mengatasi adalah dengan MEDITASI. Meditasi juga perlu dilakukan bila kita akan bermain di panggung, agar kita dapat mengkonsentrasikan diri kita dengan peran yang hendak kita bawakan. 

KONSENTRASI
Konsentrasi secara umum berarti "pemusatan". Dalam teater kita mengartikannya dengan pemusatan pikiran terhadap alam latihan atau peran-peran yang akan kita bawakan agar kita tidak terganggu dengan pikiran-pikiran lain, sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu yang kita kerjakan.
Cara konsentrasi :
Kita harus melakukan dahulu meditasi. Kita kosongkan dulu pikiran kita, dengan cara-cara yang sudah ditentukan. Kita kerjakan sesempurna mungkin agar pikiran kita benar-benar kosong dan siap berkonsentrasi.
Setelah pikiran kita kosong, mulailah memasuki otak kita dengan satu unsur pikiran. Rasakan bahwa saat ini sedang latihan, kita memasuki alam semu yang tidak kita dapati dalam kehidupan sehari-hari. Jangan memikirkan yang lain, selain bahwa kita saat ini sedang latihan teater.
Catatan :
Pada saat kita akan membawakan suatu peran, misalnya sebagai ayah, nenek, gadis pemalu dan sebagainya, baik itu dalam latihan atau pementasan, konsentrasikan pikiran kita pada hal tersebut. Jangan sekali-kali memikirkan yang lain.

VOKAL dan PERNAFASAN
PERNAFASAN
Seorang artis panggung, baik itu dramawan ataupun penyanyi, maka untuk memperoleh suara yang baik ia memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh karena itu ia harus melatih pernapasan/alat-alat pernapasannya serta mempergunakannya secara tepat agar dapat diperoleh hasil yang maksimum, baik dalam latihan ataupun dalam pementasan.
Ada empat macam pernapasan yang biasa dipergunakan :
1. Pernafasan dada 

Pada pernafasan dada kita menyerap udara kemudian kita masukkan ke rongga dada sehingga dada kita membusung. Di kalangan orangorang teater pernafasan dada biasanya tidak dipergunakan karena disamping daya tampung atau kapasitas dada untuk Udara sangat sedikit, juga dapat mengganggu gerak/acting kita, karena bahu menjadi kaku. 

2. Pernafasan perut


Dinamakan pernafasan perut jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam perut sehingga perut kita menggelembung, Pernafasan perut dipergunakan oleh sebagian dramawan, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dada. 

3. Pernafasan lengkap


Pada pernafasan lengkap kita mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan udara, sehingga udara yang kita serap sangat banyak (maksimum). Pernafasan lengkap dipergunakan oleh sebagian artis panggung yang biasanya tidak terlalu mengutamakan acting, tetapi mengutamakan vokal. 

4. Pernafasan diafragma

Pernafasan diafragma ialah jika pada waktu kita mengambil udara, maka diafragma kita mengembang. Hat ini dapat kita rasakan dengan mengembangnya perut, pinggang, bahkan bagian belakang tubuh di sebelah atas pinggul kita juga turut mengembang.
Menurut perkembangan akhirakhir ini, banyak orangorang teater yang mempergunakan pernapasan diafragma, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dengan pernapasan perut.
Latihanlatihan pemapasan :

  • Pertama kita menyerap udara sebanyak mungkin. Kemudian masukkan ke dalam dada, kemudian turunkan ke perut, sampai di situ napas kita tahan. Dalam keadaan demikian tubuh kita gerakkan turun sampai batas maksimurn bawah. Setelah sampai di bawah, lalu naik lagi ke posisi semula, barulah napas kita keluarkan kembali.

  • Cara kedua adalah menarik napas dan mengeluarkannya kembali dengan cepat.

  • Cara berikutnya adalah menarik napas dalamdalam, kemudian keluarkan lewat mulut dengan mendesis, menggumam, ataupun caracara lain. Di sini kita sudah mulai menyinggung vocal.

Catatan : Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai, maka janganlah beralih ke bentuk pernapasan yang lain.

Belajar Teater

Mengenal Tokoh

Richard Boleslavsky

Richard Boleslavsky tokoh yang dikenal sebagai murid Stanislavsky mengembangkan teori Stanislavsky. Buku karangannya sangat terkenal dengan judul Enam Pelajaran Pertama Bagi Calon Aktor yaitu;

1. Pelajaran Pertama : Konsentrasi
Konsentrasi bertujuan agar aktor dapat mengubah diri menjadi orang lain, yaitu peran yang dibawakan. Untuk mampu berkonsentrasi, aktor harus berlatih memusatkan perhatian, mulai dari lingkaran yang besar, menyempit, kemudian membesar lagi. Kendatipun latihan dilakukan di tempat yang ramai oleh suara hiruk pikuk orang jika konsentrasi kuat lakon akan tetap berjalan. Latihan konsentrasi ini juga dapat dilaksanakan melalui latihan fisik (seperti yoga), latihan intelek atau kebudayaan (misalnya menghayai musik, puisi, seni lukis), dan latihan sukma (melatih kepekaan sukma menanggapi segala macam situasi). 

2. Pelajaran Kedua: Ingatan Emosi
The transfer of emotion adalah merupakan cara yang efektif untuk menghayati suasana emosi peran secara hidup, wajar dan nyata. Jika pelaku harus bersedih, dengan suatu kadar kesedihan tertentu dan mengahdirkan emosi yang serupa, maka kadar kesedihanitu takarannya tidak akan berlebihan, sehingga tidak terjadi over acting. 

3. Pelajaran Ketiga: Laku Dramatis
Berlaku dramatis artinya bertingkah laku dan berbicara bukan sebagai dirinya sendiri, tetapi sebagai pemeran. Untuk itu memang diperlukan penghayatan terhadap tokoh itu secara mendalam, sehingga dapat diadakan adaptasi. 

4. Pelajaran Keempat: Pembangunan Watak
Aktor harus membangun wataknya, sehingga sesuai dengan tuntutan lakon. Pembangunan watak iu didahului dengan menelaah struktur fisik, kemudian mengidentifikasikannya, dan menghidupkan watak itu seperti halnya wataknya sendiri.

5. Pelajaran Kelima: Observasi
Observasi untuk tokoh yang sama dengan peran yang dibawakan. Untuk memerankan tokoh pengemis dengan baik, perlu mengadakan observasi terhadap pengemis dengan ciri fisik, psikis, dan sosial yang sesuai. Latihan observasi dapat juga dilakukan dengan jalan melakukan sesuatu yang pernah dilihat dengan pura-pura. Misalnya: adegan membuka pintu (pintu tidak ada). 

6. Pelajaran Keenam: Irama
Sentuhan terakhir dalam sebuah latihan drama adalah pengaturan irama perminan ini. Sedangkan irama permainan untuk setiap aktor, diwujudkan dalam panjang pendek, keras lemah, tinggi rendahnya dialog, serta variasi gerakan, sehubungan dengan timing, penonjolan bagaian, pemberian isi, progresi dan pemberian variasi pentas.

Teknik Berlatih Aktor



Teknik Berlatih Menurut Rendra
Dalam buku Seni Drama untuk Remaja, Rendra memberikan teknik pembinaan peran. Sutradara perlu melatih hal-hal tersebut kepad ator secara terperinci, dan sampai  lancar, dalam arti penjiwaan peranan bukan lagi sampai menghapalkan, tetapi sudah dihidupi oleh batin sang peran. Gerak dan tingkah lakunya sendiri melebur dalam peran, sehingga antara peran dan pemeran telah lebur jadi satu.


1. Teknik Muncul
Kemunculan peran utama dan peran tambahan haruslah dibedakan. Peran utama harus diberi tekanan ketika pertama muncul. Penekanan kepada peran tambahan, akan merusak struktur dramatis.
2. Teknik Memberi Isi
Teknik memberi isi berhubungan dengan penonjolan perasaan pada bagian-bagian dialog yang diucapkan, di balik akting yang dibawakan selama pertunjukan.teknik pemberian isi tersebut meliputi.
a. Kalimat (dengan memberi tekanan, nada dan kecepatan yang berubah)
b. Gerakan (gerakan muka atau mimik maupun gerakan tangan, kaki, kepala, dan sebagainya)
3. Teknik Pengembangan (Progresi)
Progresi dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Variasi pengucapan, dengan menaikkan volume suara, diikuti menaikkan tinggi suara, kemudian menaikkan kecepatan tempo suara dan diakhiri dengan penurunan volume, tinggi nada dankecepatan tempo suara.
b. Pengembangan dengan variasi jasmaniah, dengan menaikkan posisi jasmani, diikuti dengan berpaling, kemudian berpindah tempat, kemudian melakukan gerakan anggota badan dan akhirnya dengan ekspresi air muka. Kedua teknik, yaitu suara dan gerakan jasmaniah itu hendaknya dipadukan secara harmonis dalam rangka progresi.
4. Teknik Membinan Puncak-puncak
Agar puncak-puncak itu menonjol, pengembangan sebelum puncak harus ditahan tingkatannya. Penahanan itu berupa: penahanan intensitas emosi, penahanan reaksi terhadap perkembangan, hubungan antara menahan suara dan gerakan, saling mengisi antara dua pemain (yang satu keras dan yang satu lamban), dan dengan cara memindahkan tempat pemain di pentas.
5. Teknik Timing
Ada beberapa hal yang dibicarakan Rendra dalam permasalahan timing ini, yaitu sebagai berikut:
a. Hubungan waktu antara gerakan jasmani dengan kata yanga\ diucapkan.
b. Akibat yang ditimbulkan timing, bila dipergunakan untuk memberikan tekanan. Jika itu erat sekali hubungannya dengan kata yang diucapkan, maka akan memberikan penekanan kepada kata yang diucapkan itu.
6. Terlalu Banyak Penjelasan
Rendra membagi yang over menjadi tiga macam, yaitu: over akting, obvius akting, dan ham –akting.
7. Mengatur Tempo Permainan.
Sutradara harus mengatur cepat lambatnya permainan, sehingga konflik darama dapat menanjak dan mencapai klimaksnya, sesuai dengan harapan naskah.
8. Mengatur Sikap dan Gerak Yakin
Sikap pemain harus diatur dan ditentukan secara cermat. Sikap itu harus memancarkan keyakinan yang penuh dari pemain atas peran yang dibawakan. Pemain harus dijiwai oleh gerak yakin, yaitu gerak yang disertai alasan yang kuat. Kalau tidak ada alasan, lebih baik rileks, mengatur pernapasan, untuk suatu gerak yang kelak dibutuhkan.

9. Cara Menanggapi dan Mendengar
Dua pemain yang berdialog di atas pentas, berusaha menampilkan kehidupan yang benar-benar menyakinkan penonton. Sikap pemain pada saat mendengarkan dan menanggapi dialog lawan main, harus mendapatkan perhatian sutradara.
10. Menyesuaikan dengan Teknik Pentas
Dalam berjalan, bergerak, blocking, berbicara dan sebagainya, maka pemain harus menyesuaikan diri dengan teknik pentas, seperti: lighting, dekorasi, musik, suara-suara, dan gerakan yakin, yang benar-benar dijiwainya.

Penyutradaraan


Penyutradaraan
Penyutradaraan berhubungan dengan kerja sejak perencanaan pementasan, sampai pementasan berakhir. Dalam drama tradisional dan wayang sutradara “dalang”. Tugas sutradara drama modern melatih, mengkoordinasikan aktor/aktris, juga memimpin urusan unsur pentas seperti penata lampu, penata pentas, penata musik, penata rias, penata pakaian, dekorator, dan petugas lainnya. Harymawan menyatakan bahwa sutradara adalah karyawan teater yang bertugas mengkoordinasikan segala anasir teater, dengan paham, kecakapan, serta daya imajinasi yang inteligen guna menghasilkan pertunjukan yang berhasil.
Sejarah Timbulnya Sutradara
Dalam drama tradisional, kurang lebih dua abad yang lalu, belum ada sutradara. Dalam drama tradisional di Indonesia, masing-masing aktor bermain improvisasi. Yang ada hanyalah manajer dan produser. Dalam perkembangan kedudukan sutradara, beberapa kejadian penting dapat dicatat, yaitu sebagai berikut.
a. Pada saat Saxe Meiningen mendirikan rombongan teater di Berlin, pada tahun 1874-1890.. Saat itu dipentaskan 2591 drama di wilayah Jerman. Kemudian mengadakan tour ke seluruh Eropa. Dengan peristiwa itu, dirasa kebutuhan akan adanya sutradara yang mengkoordinasikan pementasan-pementasan..
b. Gurdon Craig (1872), putra Ellen Terry mempelopori penyutradaraan sehingga namanya sangat terkenal. Sampai kini, nam Craig dipuja sebagai sutradara genius. Dia dinyatakan sebagai sutradara yang memaksakan gagasannya kepada aktor/aktris. Melalui dirinya diperkenalkan seniman teater baru yang disebut sutradara.
c. Constantin Stanilavsky (1863-1938) merupakan sutradara Rusia yang terbesar. Ia mendirikan “Moscow Art Theater”. Dengan penyutradaraannya, dihilangkan sistem bintang, dan ia merupakan pelopor penyutradaraan yang mementingkan sukma.
Tugas Sutradara
Sebelum membahas lebih jauh tentang tugas-tugasnya, maka sutradara harus mengerti hal-hal yang berhubungan dengan pementasannya, misalnya:
1. Arti pementasann dan mengapa kontruksi pementassan harus disusun rapi.
2. Mengerti sikap karakter dan juga peranannya di dalam pementasan..
3. Mengerti bagaimana scene yang dibutuhkan, kostum, dan peralatan lampu yang sesuai.
4. Mengerti latar belakang pengarang naskah, periode pementasan, gambaran lingkungan danjuga gambarab audience yang akan menyaksikan.
5. Mampu menyadar kata dan ungkapan yang usang, sehingga dipahami penonton.
6. Mampu menghadirkan lakon sesuai dengan waktu dan tempat pementasan, sehingga suasana hakiki dapat dihayati.
7. Mampu menghadirkan image visual atau image kunci dengan dekorasi yang menggambarkan suasana yang sesuai.
Menurut Fran K. Whitting ada tiga macam tugas utama dari seorang sutradara, yaitu: merencanakan produksi pementasan, memimpin latihan aktor, dan aktris, dan mengorganisasi produksi. Dalam hal in, sutradara bertindak sebagai artis, guru dan eksekutif.

a. Merencanakan Produksi
Sutradara haruslah mampu menangkap pesan dan tema naskah tersebut, nada dan suasana drama secara menyeluruh juga harus dipahami. Untuk menjadi seorang sutradara, seorang harus mempersiapkan diri melalui latihan yang cukup serius, memahami akting dan memahami cara melatih akting dan memahami seluk beluk perwatakan sebagai dimensi dalam diri seorang peran.
Untuk memimpin pementasan drama besar, sebaiknya seorang calon sutradara mulai dengan berlatih memimpin drama yang sederhana, dengan latar belakang waktu masa kini yang tidak membutuhkan berbagai persiapan rumit. Mempersiapkan calon aktor secara seksama dapat dilakukan sebelum casting ditentukan, sutradara harus mempertimbangkan secara masak dan dewasa, dari berbagai segi tentang penunjukkan aktor atau aktris. Di samping menyesuaikan dengan karakternya, baik secara psikologis, sosiologis maupun fisiologis, maka faktor kecerdasan, kemudian latihan dan faktor kepribadian calon pemimpin harus mendapat perhatian.
Untuk suatu naskah tertentu, sutradara dengan kondisi pemain yang dipilih, dapat memperkirakan beberapa kali latihan yang dibutuhkan. Dengan demikian,dapat dibuat time-schedule yang terperinci. Jika waktu pementasan sudah ditentukan, maka time-schedule ini dapat lebih bersifat pasti.

b. Memimpin Latihan
Periode latihan dapat dibagi menjadi empat periode besar, yaitu:
1. Latihan pembacaan teks drama
2. Latihan blocking (pengelompokkan)
3. latihan action atau latihan kerja teater.
4. Pengulangan dan pelancaran terhadap semua yang telah dilatih
Latihan untuk aktor ini, berhubungan dengan pembinaan akting, blocking, crossing pemain, penyesuaian dengan teknis pentas, pemyesuaian dengan teknis pentas, dengan musik, sound system. Pembinaan aktor juga menyangkut teknik muncul, teknik menekankan isi. Teknik progresi dan teknik membina puncak.

langkah dalam menciptakan peran, yaitu
1. Mengumpulkan tindakan-tindakan pokok yang harus dilakukan oleh sang peran dalam drama itu.
2. Mengumpulkan sifat-sifat watak sang peran, kemudian dicoba dihubungkan dengan tindakan-tindakan pokok yang harus dikerjakannya, kemudian ditinjau, manakah yang harus ditonjolkan sebagai alasan untuk tindakan tersebut.
3. Mencari dalam naskah, pada bagian mana sifat-sifat pemeran itu harus ditonjolkan.
4. Mencari dalam naskah, ucapan-ucapan yang hanya memiliki makna tersirat untuk diberi tekanan lebih jelas, hingga maknanya lebih tersembul keluar.
5. Menciptakan gerakan-gerakan air muka, sikap, dan langkah yang dapat mengekspresikan watak tersebut di atas.
6. Menciptakan timing atau aturan ketepatan waktu yang sempurna, agar gerakan-gerakan dan air muka sesuai dengan ucapan yang dinyatakan.
7. Memperhitungkan teknik, yaitu penonjolan terhadap ucapan serta penekanannya, pada watak-watak sanga peran itu
8. Merancang garis permainan yang sedemikian rupa, sehingga gambaran tiap perincian watak-watak itu, diasjikan dalam tangga menuju puncak, dan tindakan yang terkuat dihubungkan dengan watak yang terkuat pula.
9. Mengusahakanagar perencanaan tersebut tidak berbenturan dengan rencana (konsep) penyutradaraan.
10. Menetapkan bussiness dan blocking yang sudah ditetapkan bagi sang peran dan diusahakan dihapaagar menjadi kebiasaan oleh sang peran.
11. Menghayati dan menghidupkan peran dengan imajnasi dengan jalan pemusatan perhatian pada pikiran dan perasaan peran yang dibawakan.



Pemilihan Peran oleh Sutradara
Pemilihan aktor-aktris biasanya disebut casting, yaitu sebagai berikut:
a. Casting by Ability: pemilihan peran berdasar kecakapan atau kemahiran yang sama atau mendekati peran yang dibawakan. Kecerdasan seseorang memegang peranan penting dalam membawakan peran yang sulit dan dialognya panjang. Tokoh utama suatu lakon di samping persyaratan fisik dan psikologi juga dituntut memiliki kecerdasan yang cukup tinggi, sehingga daya hafal dan daya tanggap yang cukup cepat.
b. Casting to Type: pemilihan pemeran berdasarkan atas kecocokan fisik sipemaian. Tokoh tua dibawkan oleh orang tua, tokoh pedagang dibawakan oleh orang yang berjiwa dagang, dan sebagainya.
c. Anty type Casting: pemilihan pemeran bertentangan dengan watak dan ciri fisik yang dibawakan. Sering pula disebut educational casting karena bermaksud mendidik seseiorang memerankan watak dan tokoh yang berlawanan dengan wataknya sendiri dan ciri fisiknya sendiri.
d. Casting to emotional temperament: pemilihan pemeran berdasarkan observasi kehisupan pribadi calon pemeran. Meraka yang memiliki banyak kecocokan denga peran yang dibawakan dalam hal emosi dan temperamennya, akan terpilih membawakan tokoh itu. Pengalaman masa lalu dalam hal emosi akan memudahkan pemeran tersebut dalam menghayati dan menampilkan dirinya sesuai dengan tuntutan cerita. Temperamen yang cocok akan membantu proses penghayatan diri peran yang dibawakan.
e. Therapeutic Casting: pemilihan pemeran dengan maksud untuk penyembuhan terhadap ketidakseimbangan psikologis dalam diri seseorang. Biasanya watak dan temperamen pemeran bertentangan dengan tokoh yang dibawakan. Misalnya, orang yang selalu ragu-ragu, harus berperan sebagai orang yang tegas, cepat memutuskan sesuatu. Seorang yang curang, memerankan tokoh yang jujur atau penjahat berperan sebagi polisi. Jika kelaianan jiwa cukup serius, maka bimbingan khusus sutradara akan membantu proses therapeutic itu.
Untuk dapat memilih pemeran dengan tepat, maka hendaknya pelatih drama membuat daftar yang berisi inventarisasi watak pelaku yang harus dibawakan, baik secara psikologis maupun sosiologis. Watak pelaku harus dirumuskan secara jelas. Sebab hanya dengan begitu, dapat dipilih pemeran lakon dengan lebih cepat. Dalam pementasan, aktor-aktris harus ber-acting