Teknik
Berlatih Menurut Rendra
Dalam
buku Seni Drama untuk Remaja, Rendra memberikan teknik pembinaan peran. Sutradara perlu
melatih hal-hal tersebut kepad ator secara terperinci, dan sampai lancar, dalam
arti penjiwaan peranan bukan lagi sampai menghapalkan, tetapi sudah dihidupi
oleh batin sang peran. Gerak dan tingkah lakunya sendiri melebur dalam peran,
sehingga antara peran dan pemeran telah lebur jadi satu.
1.
Teknik Muncul
Kemunculan peran utama dan peran tambahan haruslah dibedakan. Peran utama harus diberi tekanan ketika pertama muncul. Penekanan kepada peran tambahan, akan merusak struktur dramatis.
Kemunculan peran utama dan peran tambahan haruslah dibedakan. Peran utama harus diberi tekanan ketika pertama muncul. Penekanan kepada peran tambahan, akan merusak struktur dramatis.
2.
Teknik Memberi Isi
Teknik memberi isi berhubungan dengan penonjolan perasaan pada bagian-bagian dialog yang diucapkan, di balik akting yang dibawakan selama pertunjukan.teknik pemberian isi tersebut meliputi.
a. Kalimat (dengan memberi tekanan, nada dan kecepatan yang berubah)
b. Gerakan (gerakan muka atau mimik maupun gerakan tangan, kaki, kepala, dan sebagainya)
3. Teknik Pengembangan (Progresi)
Teknik memberi isi berhubungan dengan penonjolan perasaan pada bagian-bagian dialog yang diucapkan, di balik akting yang dibawakan selama pertunjukan.teknik pemberian isi tersebut meliputi.
a. Kalimat (dengan memberi tekanan, nada dan kecepatan yang berubah)
b. Gerakan (gerakan muka atau mimik maupun gerakan tangan, kaki, kepala, dan sebagainya)
3. Teknik Pengembangan (Progresi)
Progresi
dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Variasi pengucapan, dengan menaikkan volume suara, diikuti menaikkan tinggi suara, kemudian menaikkan kecepatan tempo suara dan diakhiri dengan penurunan volume, tinggi nada dankecepatan tempo suara.
a. Variasi pengucapan, dengan menaikkan volume suara, diikuti menaikkan tinggi suara, kemudian menaikkan kecepatan tempo suara dan diakhiri dengan penurunan volume, tinggi nada dankecepatan tempo suara.
b.
Pengembangan dengan variasi jasmaniah, dengan menaikkan posisi jasmani, diikuti
dengan berpaling, kemudian berpindah tempat, kemudian melakukan gerakan anggota
badan dan akhirnya dengan ekspresi air muka. Kedua teknik, yaitu suara dan
gerakan jasmaniah itu hendaknya dipadukan secara harmonis dalam rangka
progresi.
4.
Teknik Membinan Puncak-puncak
Agar puncak-puncak itu menonjol, pengembangan sebelum puncak harus ditahan tingkatannya. Penahanan itu berupa: penahanan intensitas emosi, penahanan reaksi terhadap perkembangan, hubungan antara menahan suara dan gerakan, saling mengisi antara dua pemain (yang satu keras dan yang satu lamban), dan dengan cara memindahkan tempat pemain di pentas.
Agar puncak-puncak itu menonjol, pengembangan sebelum puncak harus ditahan tingkatannya. Penahanan itu berupa: penahanan intensitas emosi, penahanan reaksi terhadap perkembangan, hubungan antara menahan suara dan gerakan, saling mengisi antara dua pemain (yang satu keras dan yang satu lamban), dan dengan cara memindahkan tempat pemain di pentas.
5.
Teknik Timing
Ada beberapa hal yang dibicarakan Rendra dalam permasalahan timing ini, yaitu sebagai berikut:
a. Hubungan waktu antara gerakan jasmani dengan kata yanga\ diucapkan.
b. Akibat yang ditimbulkan timing, bila dipergunakan untuk memberikan tekanan. Jika itu erat sekali hubungannya dengan kata yang diucapkan, maka akan memberikan penekanan kepada kata yang diucapkan itu.
Ada beberapa hal yang dibicarakan Rendra dalam permasalahan timing ini, yaitu sebagai berikut:
a. Hubungan waktu antara gerakan jasmani dengan kata yanga\ diucapkan.
b. Akibat yang ditimbulkan timing, bila dipergunakan untuk memberikan tekanan. Jika itu erat sekali hubungannya dengan kata yang diucapkan, maka akan memberikan penekanan kepada kata yang diucapkan itu.
6.
Terlalu Banyak Penjelasan
Rendra membagi yang over menjadi tiga macam, yaitu: over akting, obvius akting, dan ham –akting.
7. Mengatur Tempo Permainan.
Rendra membagi yang over menjadi tiga macam, yaitu: over akting, obvius akting, dan ham –akting.
7. Mengatur Tempo Permainan.
Sutradara
harus mengatur cepat lambatnya permainan, sehingga konflik darama dapat menanjak
dan mencapai klimaksnya, sesuai dengan harapan naskah.
8.
Mengatur Sikap dan Gerak Yakin
Sikap pemain harus diatur dan ditentukan secara cermat. Sikap itu harus memancarkan keyakinan yang penuh dari pemain atas peran yang dibawakan. Pemain harus dijiwai oleh gerak yakin, yaitu gerak yang disertai alasan yang kuat. Kalau tidak ada alasan, lebih baik rileks, mengatur pernapasan, untuk suatu gerak yang kelak dibutuhkan.
9. Cara Menanggapi dan Mendengar
Dua pemain yang berdialog di atas pentas, berusaha menampilkan kehidupan yang benar-benar menyakinkan penonton. Sikap pemain pada saat mendengarkan dan menanggapi dialog lawan main, harus mendapatkan perhatian sutradara.
Sikap pemain harus diatur dan ditentukan secara cermat. Sikap itu harus memancarkan keyakinan yang penuh dari pemain atas peran yang dibawakan. Pemain harus dijiwai oleh gerak yakin, yaitu gerak yang disertai alasan yang kuat. Kalau tidak ada alasan, lebih baik rileks, mengatur pernapasan, untuk suatu gerak yang kelak dibutuhkan.
9. Cara Menanggapi dan Mendengar
Dua pemain yang berdialog di atas pentas, berusaha menampilkan kehidupan yang benar-benar menyakinkan penonton. Sikap pemain pada saat mendengarkan dan menanggapi dialog lawan main, harus mendapatkan perhatian sutradara.
10.
Menyesuaikan dengan Teknik Pentas
Dalam berjalan, bergerak, blocking, berbicara dan sebagainya, maka pemain harus menyesuaikan diri dengan teknik pentas, seperti: lighting, dekorasi, musik, suara-suara, dan gerakan yakin, yang benar-benar dijiwainya.
Dalam berjalan, bergerak, blocking, berbicara dan sebagainya, maka pemain harus menyesuaikan diri dengan teknik pentas, seperti: lighting, dekorasi, musik, suara-suara, dan gerakan yakin, yang benar-benar dijiwainya.