MARI BERSASTRA DAN BERKARYA
Spesifikasi Lampu
Berkunjug
Istilah Dalam Teater
Additive Mixing : Pencampuran warna pada objek yang disinari dari dua atau lebih lampu yang berbeda
Akting : Tingkah laku yang dilakukan pemain sebagai wujud penghayatan peran yang dimainkan
Aktor : orang yang melakukan acting
Amphiteater : Panggung pertunjukan jaman Yunani Kuno
Amplifikasi : Penguatan energi listrik setelah melalui rangkaian elektronik
Apron : Daerah yang terletak di depan layar atau persis di depan bingkai proscenium
Arena : Salah satu bentuk panggung yang tidak dibatasi oleh konvensi empat dinding imajiner
Artikulasi : Hubungan antara apa yang dikatakan dan bagaimana mengatakanya, dan dipengaruhi oleh penguasaan organ produksi suara
Aside : Dialog menyamping, atau suara hati dan pikiran tokoh
Atmosfir : Isitlah teater untuk menyebutkan suasana atau kondisi lingkungan
Audibility : Segala sesuatu yang berkaitan dengan pendengaran
Auditorium : Ruang tempat duduk penonton dalam panggung proscenium
Backdrop : Layar paling belakang. Kain yang dapat digulung atau diturun-naikkan dan membentuk latar belakang panggung
Bahasa tubuh : Bahasa yang ditimbulkan oleh isyarat-isyarat dan ekspresi tubuh
Bar : Pipa bisa yang digunakan sebagai baris untuk pemasangan lampu
Barndoor : Sirip empat sisi yang diletakkan pada lampu dan digunakan untuk mebatasi lebar sinar cahaya
Batten : (1) Lampu flood yang dirangkai dalam satu kompartemen (wadah). (2) Perlengkapan panggung yang dapat digunakan untuk mengaitkan sesuatu dan dapat dipindahpindahkan
Beats : Satu kesatuan arti terkecil dari dialog
Belly to Belly : Dua lensa yang dipasang berhadapan dalam sebuah lampu dan jaraknya bisa diatur
Bifocal : Lampu Bifocal adalah lampu profile standar yang ditambahi dengan shutter tambahan
Blocking : Gerak dan perpindahan pemain dari satu area ke area lain di panggung
Boom : Baris lampu yang dipasang secara vertical
Border : Pembatas yang terbuat dari kain. Dapat dinaikkan dan diturunkan. Fungsinya untuk memberikan batasan area permainan yang digunakan
Bracket : Pengait untuk memasang lampu pada boom. Disebut pula sebagai boom arm
Catwalk : Permukaan, papan atau jembatan yang dibuat di atas panggung yang dapat menghubungkan sisi satu ke sisi lain
Clamp : Klem atau pengait untuk memasang lampu pada bar, disebut juga sebagai C-clamp atau Hook Clamp
Control Balance : Pengaturan tingkat kekerasan suatu sumber suara terhadap sumber suara yang lain
Control Desk : Disebut juga Remote Control, alat untuk mengatur tinggi rendahnya intensitas cahaya dari jarak jauh
Cyc Light : Lampu flood yang dikhususkan untuk menerangi layar belakang (siklorama)
Denotasi : Arti yang sebenarnya sesuai dengan arti yang terdapat dalam kamus
Dialog : Percakapan para pemain.
Diafragma : Sekat yang memisahkan antara rongga dada dan rongga perut
Diffuse : Jenis refleksi cahaya yang memiliki pantulan merata serta panjang sinarnya sama
Diftong : Kombinasi dua huruf vokal dan diucapkan bersamaan
Diksi : Latihan mengeja kata dengan suara keras dan jelas
Dimmer : Alat pengatur tinggi rendahnya intensitas cahaya
Distorsi : Hasil rekaman suara melebihi standar batas maksimal yang ditentukan
Donut : Pelat metal yang digunakan untuk meningkatkan ketajaman lingkar sinar cahaya yang dihasilkan oleh lampu spot
Drama : Salah satu jenis lakon serius dan berisi kisah kehidupan manusia yang memiliki konflik yang rumit dan penuh daya emosi tetapi tidak mengagungkan sifat tragedy
Dramatic Irony : Aksi seorang tokoh yang berkata atau bertindak sesuatu, dimana tanpa disadari akan menimpa dirinya sendiri
Ekstensi : Menambah besarnya sudut antara dua bagian badan
Eksposisi : Penggambaran awal dari sebuah lakon, berisi tentang perkenalan karakter, dan masalah yang akan digulirkan
Elastisitas : Tingkat kekenyalan suatu objek sehingga dengan mudah bisa diterapkan atau digunakan
Ellipsoidal : Jenis reflektor yang memiliki bentuk elips
Emosi : Proses fisik dan psikis yang kompleks yang bisa muncul secara tiba-tiba dan spontan atau diluar kesadaran
Ephemeral : Sifat pertunjukan yang bermula pada suatu malam dan berakhir pada malam yang sama
ERS : Elliposoidal Reflector Spotlight. Lampu spot yang menggunakan reflektor berbentuk elips disebut juga lampu profile atau leko
ERS Axial : Lampu ERS yang bohlamnya dipasang secara horizontal
ERS Radial : Lampu ERS yang bohlamnya dipasang miring 45 derajat
Farce : Seni pertunjukan yang menyerupai dagelan tetapi bukan dagelan yang seperti di Indonesia
Filter : Palstik atau mika berwarna untuk mengubah warna lampu
Flashback : Kilas balik peristiwa lampau yang dikisahkan kembali pada saat ini
Flat Karakter : Karakter tokoh yang ditulis oleh penulis lakon secara datar dan biasanya bersifat hitam putih
Fleksi (flexion) : Membengkokkan suatu sendi untuk mengurangi sudut antara dua bagian badan
Fleksibelitas : Daya lentur suatu objek / tingkat kelenturan suatu objek
Flies : Disebut juga penutup. Bagian atas rumah panggung yang dapat digunakan untuk menggantung set dekor serta menangani peralatan tata cahaya
Floodligth : Jenis lampu yang sinar cahayanya menyebar serta tidak bisa diatur fokusnya
Focal Point : Titik temu (pusat) pendar cahaya
FOH : Front Of House. Bagian depan baris kursi penonton dimana di atasnya terdapat pipa baris lampu
Fokus : (1) Istilah dalam penyutradaraan untuk menonjolkan adegan atau permainan aktor. (2) Istilah tata cahaya untuk area yang disinari cahaya dengan tepat dan jelas
Follow Spot : Jenis lampu spot yang dapat dikendalikan secara manual untuk mengikuti arah gerak pemain
Fore Shadowing : Bayang-bayang yang mendahului sebuah peristiwa yang sesungguhnya itu terjadi
Foyer : Ruang tunggu penonton sebelum pertunjukan dimulai atau saat istirahat
Frequency Respon : Kemampuan dalam menangkap frekuensi pada batas maksimum dan minimum
Fresnel : (1) Lensa yang mukanya bergerigi. (2) Jenis lampu yang menggunakan lensa bergerigi
Gesture : sikap tubuh yang memiliki makna, bisa juga diartikan dengan gerak tubuh sebagai isyarat
Gestus : Aksi atau ucapan tokoh utama yang beritikad tentang sesuatu persoalan yang menimbulkan pertentangan atau konflik antar tokoh
Gimmick : Adegan awal dari sebuah lakon yang berfungsi sebagai pemikat minat penonton untuk menyaksikan kelanjutan dari lakon tersebut
Globe : Panggung yang tempat duduk penontonnya berkeliling, digunakan dalam pementasan teater jaman Elizabeth di Inggris
Gobo : Pelat metal yang dicetak membentuk pola atau motif tertentu dan digunakan untuk membuat lukisan sinar cahaya
Groundrow : Lampu flood yang diletakkan di bawah untuk menerangi aktor atau siklorama dari bawah
Imajinasi : Proses pembentukan gambaran-gambaran baru dalam pikiran, dimana gambaran tersebut tidak pernah dialami sebelumnya atau mungkin hanya sedikit yang dialaminya
Improvisasi : Gerakkan dan ucapan yang tidak terencana untuk menghidupkan permainan.
Intonasi : Nada suara (dalam bahasa jawa disebut langgam), irama bicara, atau alunan nada dalam melafalkan kata-kata, sehingga tidak datar atau tidak monoton.
Insersio : Kearah mana otot itu berjalan atau arah jalannya otot yang bergerak.
Irama : Gelombang naik turun, longgar kencangnya gerakkan atau suara yang berjalan dengan teratur
Iris : Piranti untuk memperbesar atau memperkecil diameter lingkaran sinar cahaya yang dihasilkan oleh lampu
Jeda : Pemenggalan kalimat dengan maksud untuk memberi tekanan pada kata.
Karakter : Gambaran tokoh peran yang diciptakan oleh penulis lakon melalui keseluruhan ciri-ciri jiwa dan raga seorang peran
Karakter Teatrikal: Karakter tokoh yang tidak wajar, unik, dan lebih bersifat simbolis.
Kolokasi : Asosiasi kata dengan bahasa yang tidak formal, bahasa percakapan sehari-hari pada suatu tempat dan masa tertentu.
Komedi : salah satu jenis lakon yang mengungkapkan cacat dan kelemahan sifat manusia dengan cara yang lucu, sehingga para penonton bisa lebih menghayati kenyataan hidupnya
Komedi Stamboel : Pertunjukan teater yang mendapat pengaruh dari Turki dan sangat populer di Indonesia pada jaman sebelum kemerdekaan
Komunikan : Penerima komunikasi
Komunikator : Penyampai kamunikasi
Konflik : Ketegangan yang muncul dalam lakon akibat adanya karakter yang bertentangan, baik dengan dirinya sendiri maupun yang ada di luar dirinya.
Konotasi : Arti kata yang bukan sebenarnya dan lebih dipengaruhi oleh konteks kata tersebut dalam kalimat.
Konsentrasi : Kesanggupan atau kemampuan yang diperlukan untuk mengerah kan pikiran dan kekuatan batin yang ditujukan ke suatu sasaran tertentu sehingga dapat menguasai diri dengan baik.
Lakon : Penuangan ide cerita penulis menjadi alur cerita yang berisi peristiwa yang saling mengait dan tokoh atau peran yang terlibat, disebut juga naskah cerita
Lakon Satir : Salah satu jenis lakon yang mengemas kebodohan, perlakuan kejam, kelemahan seseorang untuk mengecam, mengejek bahkan menertawakan suatu keadaan dengan maksud membawa sebuah perbaikan
Latar Peristiwa : Peristiwa yang melatari adegan itu terjadi dan bisa juga yang melatari lakon itu terjadi
Latar Tempat : Tempat yang menjadi latar peristiwa lakon itu terjadi.
Latar Waktu : Waktu yang menjadi latar belakang peristiwa, adegan, dan babak itu terjadi
Level : (1) Istilah pemeranan dan penyutradraan untuk mengatur tinggi rendah pemain. (2) Isitilah tata suara untuk tingkat ukuran besar kecilnya suara yang terdengar
Lever : Bilah yang dapat dinaikkan dan diturunkan yang terdapat pada control desk
Ligamen : Jaringan ikat yang menghubungkan otot dengan tulang atau pembungkus sendi.
Melodrama : Salah satu jenis lakon yang isinya mengupas suka duka kehidupan dengan cara yang menimbulkan rasa haru kepada penonton
Membran : Selaput atau lapisan tipis yang sangat peka terhadap getaran
Metacarpal : Disebut juga dengan metatarsus atau ossa metatarsalia yaitu tulang pertama dari jari
Mime : Pertunjukan teater yang menitikberatkan pada seni ekspresi wajah pemain
Mimetic/mimesis : Peniruan atau meniru sesuatu yang ada
Mimik : Ekspresi gerak wajah untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain
Mixed : Jenis refleksi cahaya yang hasilnya bercampur antara relfeksi diffuse dan specular
Monolog : Cakapan panjang seorang aktor yang diucapkan di hadapan aktor lain
Noise : Gangguan suara yang tidak diinginkan dalam memproses suara atau rekaman
Observasi : Kegiatan mengamati yang bertujuan menangkap atau merekam hal apa saja yang terjadi dalam kehidupan
Orchestra Pit : Tempat para musisi orkestra bermain
Origio : Tempat otot timbul atau tempat asal otot yang terkuat
Pageant : Panggung kereta abad Pertengahan yang digunakan untuk mementaskan teater secara berkeliling
Panoramic : Kesan suara yang terdengar pada telinga kiri atau telinga kanan
Pantomimik : Ekspresi gerak tubuh untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain
PAR : Parabolic Aluminized Reflector. Lampu yang menggunkan reflektor parabola terangkai dalam satu unit dengan lensanya
Parafrase : Latihan untuk menyatakan kembali arti dialog dengan menggunakan kata-kata kita sendiri, dengan tujuan untuk membuat jelas dialog tersebut
PC : (1) Planno Convex, jenis lensa yang permukaannya halus. (2) Jenis lampu yang menggunakan lensa tunggal baik lensa Planno Convex atau Pebble Convex
Pebble Convex : Jenis lensa yang mukanya halus tapi bagian belakangnya bergerigi
Pemanasan : Serial dari latihan gerakan tubuh dimaksudkan untuk meningkatkan sirkulasi dan meregangkan otot dengan cara progresif (bertahap).
Pemeran : Seorang seniman yang menciptakan peran yang digariskan oleh penulis naskah, sutradara, dan dirinya sendiri.
Penonton : Orang yang hadir untuk menyaksikan pertunjukan teater
Pernafasan : Peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida
Pita magnetic : Pita plastic yang dilapisi oleh serbuk magnet yang digunakan untuk menyimpan getaran listrik
Planno Convex : Jenis lensa (lih. PC)
Plot : Biasa disebut dengan alur adalah kontruksi atau bagan atau skema atau pola dari peristiwa-peristiwa dalam lakon, puisi atau prosa dan selanjutnya bentuk peristiwa dan perwatakan itu menyebabkan pembaca atau penonton tegang dan ingin tahu
Polarity : Kemampuan maksimum dalam menangkap sumber suara
Practical : Lampu sehari-hari atau lampu rumahan yang digunakan di atas panggung
Preset : Pengaturan intensitas cahaya pada control desk disaat lampu dalam keadaan mati (tidak dinyalakan)
Profile : Jenis lampu spot yang dapat ukuran dan bentuk sinarnya dapat disesuaikan
Properti : Benda atau pakaian yang digunakan untuk mendukung dan menguatkan akting pemeran.
Protagonis : Peran utama yang merupakan pusat atau sentral dari cerita
Proscenium : Bentuk panggung berbingkai
Proscenium Arc : Lengkung atau bingkai proscenium
Resonansi : Bergema atau bergaung
Rias Fantasi : Tata rias yang diterapkan untuk menggambarkan sifat atau karakter yang imajinatif
Rias Karakter : Tata rias yang diterapkan untuk menegaskan gambaran karakter tokoh peran
Rias Korektif : Tata rias yang diterapkan untuk memperbaiki kekurangan sehingga pemain nampak cantik
Ritme : Tempo atau cepat lambatnya dialog akibat variasi penekanan kata-kata yang penting.
Round Karakter : Karakter tokoh dalam lakon yang mengalami perubahan dan perkembangan baik secara kepribadian maupun status sosialnya
Scoop : Jenis lampu flood yang menggunakan reflektor ellipsoidal
Sendi : Hubugan yang terbentuk antara dua tulang.
Sendratari : Pertunjukan drama yang di tarikan atau gabungan seni drama dan seni tari
Side Wing : Bagian kanan dan kiri panggung yang tersem bunyi dari penonton, biasanya digunakan para aktor menunggu giliran sesaat sebelum tampil
Skeneri : Dekorasi yang mendukung dan menguatkan suasana permainan
Skenario : Susunan lakon yang diperagakan oleh pemeran
Soliloki : Cakapan panjang aktor yang diucapkan seorang diri dan kepada diri sendiri
Specular :Jenis refleksi yang memantulkan cahaya seperti aslinya (efek cermin)
Snoot : Disebut juga Top Hat, piranti yang digunakan untuk mengurangi tumpahan cahaya
Spherical : Jenis reflektor yang memiliki bentuk setengah lingkaran
Spread : Jensi refleksi cahaya yang mengenai objek dengan intensitas lebih tinggi garis cahayanya akan memendar dan direfleksikan lebih panjang dari yang lain
Stand : Pipa untuk memasang lampu yang dapat berdiri sendiri
Struktur Dramatik : Rangkaian alur cerita yang saling bersinambung dari awal cerita sampai akhir.
Suara Nasal : Suara yang dihasilkan oleh rongga hidung karena udara beresonansi.
Suara Oral : Suara yang dihasilkan oleh mulut
Subtractive Mixing: Pencampuran warna cahaya yang dihasilkan dari dua filter berbeda
Surprise : Peristiwa yang terjadi diluar dugaan penonton sebelumnya dan memancing perasaan dan pikiran penonton agar menimbulkan dugaan-dugaan yang tidak pasti.
Sutradara : Orang yang mengatur dan memimpin dalam sebuah permainan.
Teknik Muncul : Suatu teknik seorang pemeran dalam memainkan peran untuk pertama kali memasuki sebuah pentas lakon.
Teknik Timing : Teknik ketepatan waktu antara aksi tubuh dan aksi ucapan atau ketepatan antara gerak tubuh dengan dialog yang diucapkan.
Tema : Ide dasar, gagasan atau pesan yang ada dalam naskah lakon dan ini menentukan arah jalannya cerita.
Tempo : Cepat lambatnya suatu ucapan yang kita lakukan
Thrust : Bentuk panggung yang sepertiga bagiannya menjorok ke depan
Timbre : Warna suara yang memberi kesan pada kata-kata yang kita ucapkan
Tirai Besi : Satu tirai khsusus yang dibuat dari logam untuk memisahkan bagian panggung dan kursi penonton. Digunakan bila terjadi kebakaran di atas panggung, tirai ini diturunkan sehingga api tidak menjalar keluar dan penonton bisa segera dievakuasi.
Tragedi : Salah satu jenis lakon yang meniru sebuah aksi yang sempurna dari seorang tokoh besar dengan menggunakan bahasa yang menyenangkan supaya para penonton merasa belas kasihan dan ngeri sehingga penonton mengalami pencucian jiwa atau mencapai katarsis
Trapezium : Tulang yang ada pada antara pergelangan tangan dan ibu jari tangan
Trap Jungkit : Area permainan atau panggung yang biasanya bisa dibuka dan ditutup untuk keluar-masuk pemain dari bawah panggung.
Wicara : Cara kita berbicara dan cara mengucapkan sebuah dialog dalam naskah lakon
Under : (tata suara) Hasil rekaman suara yang sangat lemah
Membaca Indonesia
Menelan nilai yang terberai
Di selokan dan gorong-gorong
Koran muat berita
Presiden dalam ancaman teror
Dilayar TV muncul cerita
Nasionalisme dirobek tetangga
Radio dengungkan suara
Jalan macet oleh kendaraan
Aku berlari kekolong ranjang
Sisihkan amuk suara
teriakan anak bangsa
"ini masalah harga diri,bangsa ini jangan lemah,harus berani!harus melawan!"
Suara mengaum bagai singa lapar
Keras pekakkan telinga
Aku tutupi kepala dengan bantal
Buta segala cahaya yang terpental
dari dendam dan amarah
dipantulkan tanah yang basah
oleh darah dan keringat gelandangan
namun,
justru dalam pekat
warna dan bayang menyergap
industri dan pabrik dibangun
diatas tanah yang dirampas dari rakyat
polusi dan limbah
mereka kirim sebagai hadiah
Murni
MURNI..........Suara teriakan dan ejekan terhadap sebuah kegilaan seorang perempuan paruh baya yang masih terlihat subur dan cantik terus terdengar sampai pada ujung jalan perbatasan desa. Kegilaan memang sulit ditafsirkan, siapa sebenarnya yang gila pun patut dipertanyakan. Karena diri kita sendiri masih terlalu sering terpancing menertawakan tindakan bodoh atau diluar kewarasan yang dilakukan orang lain tanpa pernah menyadari kalau kita juga merupakan bagian dari ketidak warasan itu sendiri. Ingin tahu kisahnya Donwload naskah MURNI karya : Q-Pely As-suaiby
SALAH : Yang ada saat ini adalah buah dari masa lalu
Apresiasi Naskah Cerita Kebun Binatang karya Edward Albee
Apresiasi Naskah Cerita Kebun Binatang karya Edward Albee
Cerita Kebun Binatang
Judul : dilihat judul yang dipakai penulis disini dapat diartikan bahwa secara global naskah ini menceritakan sebuah realita social pada sebuah lingkup lingkungan yang ditempati beraneka satwa dengan hubungan social sesama satwa sekaligus juga mengurai kisah hubungan social manusia sebagai pengunjung baik sesame manusia dilingkup tersebut maupun hubungan mereka dengan satwa atau satwa dengan manusia,bagaimana mereka bisa melakukan interaksi melewati batas penyekat dan penggolongan melalui divisi kelas/ordo yang diberikan atas dasar keamanan atau apapun itu,baik hubungan sesama (manusia/satwa ) ataupun lintas makhluk (manusia-satwa/satwa-manusia ). Namun ini masih terlalu dini dalam menilai isi dari naskah dikarenakan mungkin ada maksud tersembunyi yang hendak disampaikan penulis melalui judul naskahnya karena bagaimanapun juga sebuah naskah sekalipun bagian judulnya itu adalah sebuah karya sastra yang mana seringkali para penulis sastra/sastrawan menyimpan makna pada setiap kata yang dia pakai dalam karyannya walaupun judul itu menyiratkan isi dari naskah tapi kandungan itu akan sulit diungkap ketika kita tidak membahas alur cerita naskah tersebut dan dalam menganalisa karya sastra(judul) tidak cukup untuk mengkaji dari segi struktur fisik yang meliputi pemilihan sugesti kata (diksi) saja melainkan juga unsur struktur batin yang mana hal itu dapat diurai melalui menelusuri isi cerita secara keseluruhan.
Analisa naskah Cerita Kebun Binatang :
Secara ringkas dapat diceritakan bahwa dalam naskah ini diawali dari seorang yang sedang menghabiskan waktunya yang sepi disebuah taman dengan aktifitas membaca sebuah buku,kemudian aktifitas itu terusik oleh kehadiran Jerry yang langsung menyatakan dirinya pada petter bahwa dia(jerry) dari kebun binatang. Tentu saja kehadiran seseorang yang tak diundang ini sedikit mengusik kedamaian/kesepian Petter namun ia tidak bisa mengelak atau lari dari itu semua karena Jerry telah berhasil memaksa dia untuk mendengarkan segala kisah diceritakannya. Lewat perbincangan yang sedikit dipaksakan itulah akhirnya Jerry dapat mengetahui bahwa Petter adalah sesosok manusia yang berpenghasilan lumayan,bertempat tinggal dijalan lexinton gang III jln no 74,memiliki seorang isteri,dua orang anak perempuan, dua ekor kucing dan dua ekor burung parkit yang dikurung dalam sangkar dan ditempatkan dikamar anak-anaknya. Selain itu Jerry pun dapat memahami walau tanpa pengakuan verbal secara langsung bahwa Petter sangat mendabakan seorang anak laki-laki yang mungkin tidak pernah bisa dia memperolehnya. Walau melakukan sebuah percakapan diawali dengan keadaan terpaksa akhirnya Petter pun sedikit tertarik terhadap jati diri Jerry. Dari pertanyaan dan pernyataan Petterlah akhirnya Petter sedikit mengetahui bahwa Jerry adalah laki-laki yang sedang bermasalah,tinggal disebuah apartemen dengan kamar yang kecil dan dengan lingkup manusia yang sulit dia pahami dengan baik kecuali hanya beberapa saja. Hal itu belum juga dapat membuat Petter nyaman dengan pembicaraan tersebut, namun berulang kali hal itu disadari oleh Jerry selalu saja Jerry mampu membuat Petter untuk tetap berbicara dengannya. Sehingga Petter pun sekali lagi dibuat untuk setia mendengarkan Jerry saat ia bercerita tentang dirinya dan anjing diapartemennya, sampai alasan dia mengapa kekebun binatang. Petter semakin gerah, dia selalu mencoba beranjak biarpun begitu dia sulit mencari alasan pasti untuk pergi, sampai suatu hal terjadi. Petter dipaksa mengakhiri dialog dengan kekerasan yang juga dipicu oleh Jerry.
Menurut saya-secara subyektif- :
Naskah ini adalah sebuah naskah yang simple tapi dipenuhi dialog yang absurd. Sehingga sulit diketahui dalam naskah ini sang penulis hendak berbicara apa(apa pesan yang mau disampaikan). Didalamnya penuh dengan intervensi dari tokoh Jerry kepada tokoh Petter, yang mana Jerry menceritakan tentang kelas dan sekat yang ada didunia yang dinaskah ini diwujudkan dengan keinginan Jerry dalam pergi kekebun binatang juga tentang kebebasan yang juga disampaikan Jerry lewat sebuah intervensi itu tercermin dalam dialog “kamu tidak harus mendengarkannya. Tak ada seorang pun yang mengharuskanmu, ingat itu. Simpan itu dalam otakmu”. Jika ditelusuri lebih lanjut pesan-pesan keabsurd-an dalam naskah ini juga tercermin dalam dialog Jerry “tuan akan membacanya besok di Koran jika tuan tidak menyaksikannya di TV malam ini. Apakan tuan punya TV” lewat dialog itu seolah-olah tokoh Jerry mengetahui apa yang akan terjadi malam nanti atau esok hari, hal ini juga sepertinya tokoh Jerry sudah merencanakan sesuatu yang tersembunyi dan dia telah menemukan seseorang (Petter) sebagai bagian dari rencana itu, yaitu tentang kematian dirinya setelah dari kebun binatang sehingga bakal tertulis sebagai headline berita tentang “pembunuhan misterius”dan itu semua bisa tercermin dari dialog Jerry yang meminta Petter untuk segera pergi dan juga pisau yang dibawa jerry kemudian direbut Petter juga ulah Jerry menubrukkan dirinya kearah pisau yang dipegang Petter. Bisa juga diartikan Jerry telah melakukan sesuatu dikebun binatang yang mana itu sebuah hal yang diluar kebiasaan pengunjung lain pada umunya sehingga media harus memberitakan hal tersebut.
Bila naskah ini dikaitkan dengan persoalan yang bersifat filsafat maka butuh waktu yang lumayan lama untuk dapat memahami secara penuh isi naskah ini. Misalnya mengapa penulis menceritakan tokoh Jerry dari kebun binatang bukan dari tempat yang lain,missal dari swalayan atau pasar tradisonal atau apalah itu, mungkin sang penulis mencoba menyiratkan tentang keadaan social masyarakat waktu itu yang mana telah menciptakan/tercipta sebuah sekat-sekat pembatas antar golongan yang mana golongan itu didasari oleh kelas-kelas ekonomi atau perilaku social dan hal itu tercermin dari adanya sekat-sekat pembatas dikebun binatang yang membatasi ruang gerak dan interaksi binatang di sana. Pengartian tersebut juga bisa ditemukan lewat perbincangan yang tercipta dimana penulis menempatkan strata kelas penghasilan dan kecakapan di dialog selanjutnya setelah Jerry mengabarkan dirinya dari kebun binatang dan keinginannya untuk menuju keutara. Tapi semua itu bisa dibantahkan dengan realita yang ada dimana mungkin saja memang dalam kenyataannya memang seperti itu (letak sebenarnya taman memang sebelah utaranya kebun binatang). Jika itu sebuah kenyataan lokasi sebenarnya akan muncul lebih banyak pertanyaan lagi,misal mengapa ketaman bukan ke parkiran atau kamar mandi tapi untuk lebih mudahnya bisa dicari informasi, lokasi cerita naskah ini apakah fiksi atau nyata lewat observasi lebih lanjut.
Sedikit menyibak terbuatnya naskah ini yang mana naskah ini ditulis oleh Edward albee selama 3 minggu ditahun 1958 dimana pada era tahun 50-an Amerika sedang mengalami kemakmuran secara keseluruhan setelah lepas dari cekaman perang dunia II. Saat itu Amerika sedang mencoba kembali bangun negeri dan kisah kesuksesan Amerika diawali tahun 1950-an. Namun saat itu pula timbul kemrosotan sikap humanisme manusia seiring pesatnya technologi yang berkembang disana.
Secara keseluruhan naskah ini lebih menyerang sisi psikologis penonton jika dipentaskan. Untuk itu sangat dibutuhkan actor yang kuat karakternya. Sisi lain naskah ini selain berbicara kesepian,dehumanisme, juga menggambarkan kekuatan takdir ditengah realita social.
Sedikit catatan majalah reader’s digest yang dikuti oleh penulis pada waktu adegan monolog Jerry adalah nama sebuah majalah keluarga yang terbit sejak 1922 dan diterbitkan oleh Lila bell Wallace dan De witt Wallace. Majalah ini sangat terkenal waktu itu dan sekarang bahkan telah terdapat cabang dibeberapa Negara termasuk
Maaf sementara hanya ini yang bisa saya berikan ntar kutambah lagi….soalnya aku baru baca sekali secara penuh dan ketika mau baca ulang ko agak jenuh. Tapi naskah ini sangat dibutuhkan actor yang sangat kuat karakternya. INGAT AKTOR HARUS KUAT KARAKTERNYA!
Donwload Naskahnya The Zoo Story
Aku
Aku
Aku batu kali
Legam oleh mentari
Terbuang pisah arus kali
Mendiam sepi sendiri
Jauh jarak sejengkal
Kawan terpenggal
Lapuk remuk mendebu digerus arus dari hulu
Lumut membiak bebas
Subur disapa embun
Beranak dalam lembab
Mengikis perlahan
Aku batu kali
Ayahku mahameru
Ibuku inti bumi
Cerdik dididik alam
Cadas ditempa keadaan
010807