BAB II
Seni Berperan
Dalam bermain peran banyak hal yang harus dikuasai oleh seorang aktor/pemain peran. Mengingat begitu banyak yang harus dikuasai, sekali lagi seoarang calon aktor dituntut untuk terus berlatih.Secara garis besar tehnik-tehnik tersebut tergolong dalam dua hal, diantaranya :
1. Bidang fisik/lahir, meliputi :
- Vokal
- Tubuh
2. Bidang batin/Jiwa, meliputi :
|
|
A. VOKAL
Vokal yang baik adalah salah satu syarat untuk menjadi aktor. Karena vokal merupakan salah satu media seorang aktor dalam menyampaikan informasi peran yang dilakukan. Ketika sangat membutuhkannya, seorang aktor diharapkan mampu berkomunikasi dengan media penyajian yang kadang berupa dialog. Ketika vokal dalam dialog terdapat atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya akan mempengaruhi pesan ataupun nilai sastra yang hendak disampaikan. Berikut ini sebuah vokal dapat dikatakan baik, apabila :
- Dapat terdengar (dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang paling belakang).
- Jelas (artikulasi/pengucapan yang tepat),
- Tersampaikan misi (pesan) dari dialog yang diucapkan.
- Tidak monoton.
Pencapaian dalam materi ini adalah menciptakan aktor dengan perangkat vokalnya yang efektif dan elastis sehingga mampu menyesuaikan takaran volume suaranya dengan kondisi apapun. Ia juga mampu menampilkan variasi-variasi suara dengan baik seolah berbicara seperti kebiasaan sehari-hari, tetapi tanpa kehilangan kesan teaterikal
Untuk mempunyai vokal yang baik ini, maka perlu dilakukan latihan‑latihan vokal. Banyak cara, yang dilakukan untuk melatih vokal, antara lain :
- Tariklah nafas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menghentakan suara "wah…” dengan energi suara. Lakukan ini berulang kali.
- Tariklah nafas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menggumam "mmm…mmm…” (suara keluar lewat hidung).
- Sama dengan latihan kedua, hanya keluarkan dengan suara mendesis,"ssss……."
- Hirup udara banyak‑banyak, kemudian keluarkan vokal "aaaaa…….” sampai batas nafas yang terakhir. Nada suara jangan berubah.
- Sama dengan latihan di atas, hanya nada (tinggi rendah suara) diubah-ubah naik turun (dalam satu tarikan nafas)
- Keluarkan vokal “a…..a……” secara terputus-putus.
- Keluarkan suara vokal “a‑i‑u‑e‑o", “ai‑ao‑au‑ae‑", "oa‑oi‑oe‑ou", “iao‑iau‑iae‑aie‑aio‑aiu‑oui‑oua‑uei‑uia‑......” dan sebagainya.
- Berteriaklah sekuat‑kuatnya sampai ke tingkat histeris.
- Bersuara, berbicara, berteriak sambil berialan, jongkok, bergulung‑gulung, berlari, berputar‑putar dan berbagai variasi lainnnya.
Hal lain yang berkenaan untuk mendapatkan vokal yang baik :
3. Pernafasan
Kita setiap hari bernafas untuk memenuhi kebutuhan oksigen sebagai bahan pembakaran darah dalam tubuh. Dalam berakting pun begitu, namun saat kita berperan di panggung sebuah pementasan kebutuhan udara itu berlipat. Tidak hanya sebagai bahan pembakar darah dalam tubuh saja juga sebagai sumber kekuatan suara kita dan penopang tenaga saat kita melakukan gerak tubuh. Karena tidak jarang kemampuan vokal sering dikombinasikan dengan gerak yang rumit dan membutuhkan tenaga ekstra saat bermain peran di atas panggung.
Dalam tehnik pernafasan kita mungkin telah mengenal beberapa tehnik, diantaranya :
- Pernafasan dada
Pada pernafasan dada kita menyerap udara kemudian kita masukkan ke rongga dada sehingga dada kita membusung.
Di kalangan orang-orang teater pernafasan dada biasanya tidak dipergunakan karena disamping daya tampung atau kapasitas dada untuk Udara sangat sedikit, juga dapat mengganggu gerak/acting kita, karena bahu menjadi kaku.
- Pernafasan perut
Dinamakan pernafasan perut jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam perut sehingga perut kita menggelembung,
Pernafasan perut dipergunakan oleh sebagian dramawan, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dada.
- Pernafasan lengkap
Pada pernafasan lengkap kita mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan udara, sehingga udara yang kita serap sangat banyak (maksimum).
Pernafasan lengkap dipergunakan oleh sebagian artis panggung yang biasanya tidak terlalu mengutamakan acting, tetapi mengutamakan vokal.
- Pernafasan diafragma
Pernafasan diafragma ialah jika pada waktu kita mengambil udara, maka diafragma kita mengembang. Hat ini dapat kita rasakan dengan mengembangnya perut, pinggang, bahkan bagian belakang tubuh di sebelah atas pinggul kita juga turut mengembang lalu mengempis saat nafas dihembuskan kembali.
Posisi diaphragma adalah diantara rongga dada dan rongga perut. Pernafasan melalui diaphragma inilah yang dirasakan paling menguntukan dalam berolah vokal, sebab tidak mengakibatkan ketegangan pada peralatan pernafasan dan peralatan suara dan juga mempunyai cukup daya untuk pembentukan volume suara. Keuntungan lain yang diperoleh adalah pada saat kita menahan nafas otot-otot diaphragma tersebut tegang, ketegangan otot ini justru melindungi bagian lemah badan kita yakni ulu hati. Pernafasan ini sangat baik dalam usaha menghimpun tanaga dalam yang mengolah vibrasi, karena pernafasan diaphragma akan memudahkan kita dalam mengendalikan dan mengatur penggunaan pernapasan.
Menurut perkembangan akhir-akhir ini, banyak orang‑orang teater yang mempergunakan pernapasan diafragma, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dengan pernapasan perut. Berlatih pernapasan banyak ragam dan caranya. Latihan pernafasan bisa dilakukan dengan berbagai cara, dari cabang-cabang beladiri seperti pencak silat, karate, atau berenang sekalipun.
Latihan pemapasan I :
- Pertama kita menyerap udara sebanyak mungkin. Kemudian masukkan ke dalam dada, kemudian turunkan ke perut, sampai di situ napas kita tahan. Dalam keadaan demikian tubuh kita gerakkan turun sampai batas maksimurn bawah. Setelah sampai di bawah, lalu naik lagi ke posisi semula, barulah napas kita keluarkan kembali.
- Cara kedua adalah menarik napas dan mengeluarkannya kembali dengan cepat.
- Cara berikutnya adalah menarik napas dalam‑dalam, kemudian keluarkan lewat mulut dengan mendesis, menggumam, ataupun cara‑cara lain. Di sini kita sudah mulai menyinggung vokal.
Latihan pemapasan II :
- Berbaring rata di lantai dan bernapaslah pada posisi tersebut, rasakan tubuh betul-betul rileks.
- Berbaring dilantai, rasakan daya beratnya, pusatkan pikiran ke arah telapak kaki kita, ke ujung-ujung jari, rasakan seluruh pergelangan kaki terlepas. Bayangkan seluruh nadi terisi udara, engsel-engsel lututpun terisi udara biarkanlah tulang paha kita rileks sehingga daging dan otot-otot menjadi satu dengan tulang-tulang. Bayangkan sendi-sendi pinggang dan tuang paha berisi udara sehingga seluruh tubuh tidak lagi memberatkan kaki. Biarkan otot punggung dan perut kita meleleh seperti air, biarkan punggung rileks dan tidak usah memaksakan tulang punggung menjadi rata, biarkan otot-otot seluruh tubuh dan kepala sampai rahang disamping telinga kita rileks hingga gigi kita tidak terkunci juga lidah tidaklah lengket pada bagian atas mulut, rahang menjadi seperti jatuh demikian juga dengan lidah yang tidak saling menyentuh. Biarkan wajah kita terasa berat pada tulang tulang wajah, biarkan pipi, bibir, pelupuk mata seluruhnya rileks.
- Rasakan tubuh kita di lantai melorot rileks tariklah nafas secara penuh untuk merasakan sensasi-sensasi yang terjadi pada tubuh kita saat di lantai akibat pernapasan yang alami itu. Ulangi itu terus menerus dengan intens.
Latihan pemapasan III :
- Waspadai bahwa ditengah kediaman tubuh kita yang rileks itu akan tidak terelakan sebuah kondisi yang mudah untuk jatuh apabila nafas keluar dan masuk dari tubuh, rileks bukan berarti tidak ada control terhadap tubuh namun control sering kali membuat kita justru menjadi tegang, jadi pernafasan yang berlangsung alami adalah citra dari rileks itu sendiri.
- Tariklah nafas secara mendalam tanpa paksaan, simpanlah tangan di pundak untuk merasakan dorongan nafas pada diaphragma.
- Pada saat udara masuk ke dalam tubuh dan terhisap oleh mulut atau hidung, masuk ke pusat dan keluar kembali, senantiasa merasakan kehangatan udara di dalam tubuh dan dinginnya udara yang kita hisap tersebut.
- Pada saat merasakan udara yang masuk kedalam tubuh ksenantiasa melakukan penghayatan pada udara tersebut, rasakan rasa lega yang mendalam di dalam tubuh lalu hayatilah udara turun keperut dengan emosi yang selalu terjaga (konsentrasi).
- Ulangi dorongan kausalitas tersebut dengan latihan yang intensif, emosi terjaga, selalu merasakan bahwa saat latihan kita adalah bagian alam semesta ini.
- Hal yang paling penting adalah menghindari ketegangan-ketegangan, biarkan seluruhnya bergerak secara alami dan teratur.
Latihan pemapasan IV :
- Dilakukan dengan sikap berdiri, duduk atau tidur terlentang. Lemaskan badan selemas-lemasnya, setelah betul-betul lemas aturlah nafas seenak mungkin. Tarik nafas perlahan sekali (lima detik) lalu tahan
Ø Himpun nafas pada diaphragma dalam tempo yang sama dengan waktu menarik nafas
Ø Hembuskan perlahan sama seperti menarik nafas, kemudian tahan kembali dalam tempo yang sama dengan menarik nafas, kemudian tahan kembali dalam tempo yang tetap sama
Ø Kemudian tarik dan seterusnya berulang-ulang. Latihan ini hendaknya dilakukan setiap hari, semakin lama tempo hitungan diperlambat sesuai dengan kemampuan yang dicapai.
- Berlatih dengan menyuarakan a, i, u, e, o pada saat menghembuskan nafas. Pada latihan pertama biarlah daulu pada nada yang tetap kemudian coba dalam nada-nada yang lain, yang lebih rendah atau lebih tinggi. Usahakan agar setiap nafas yang keluar benar “benar memproduksi suara sehingga tidak over. Agar ada variasi dan tidak membosankan, gerakan tubuh anda seperti seorang pesilat dengan gerakan dasar yang mudah saja.
Catatan : Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai, maka janganlah beralih ke bentuk pernapasan yang lain
4. Membuka Laring
Laring adalah selaput suara yang terdapat pada bagian atas pipa suara. Apabila pia tersentuh udara atau nafas maka ia bergetar sehinga menimbulkan suara. Agar tercapai sebuah okal yang baik laring harus dilatih sehingga terbuka dan menjadi elastis. Karena jika laring dibiarkan tertutup, hal itu akan membuat :
- Suara datar
- Ketika menghirup udara terdapat suara yang menyertainya
- Otot leher mengalami kontraksi juga otot yang ada dibawah dagu
Agar laring terbuka dengan baik dan elastis kita harus sering memberi sensasi latihan berupa memberi ruang yang cukup banyak pada mulut bagian belakang (seperti menguap)
5. Pengucapan
I. Memberi isi
a) Tekanan Dinamik
Tekanan ini berupa metode memberi kekuatan vokal dalam sebuah kata pada ucapan/dialog. Biasanya yang diberi tekanan ialah kata yang penting.
Bedakan dengan memberi tekanan suara yang lebih keras pada kata yang bergaris bawah pada kalimat dibawah ini, lalu rasakan bedanya.
Saya pergi ke Surabaya (bukan ke Malang)
Saya pergi ke Surabaya ( bukan datang/dari )
Saya pergi ke Surabaya ( bukan kamu/dia )
b) Tekanan Nada
Tekanan yang memberi nilai tinggi rendahnya pengucapan suatu kata pada kalimat dialog. Tekanan ini lebih menggambarkan sebuah perasaan. Ucapakan kalimat dibawah ini dengan merubah volume suara, lalu rasakan. Kemudian coba ulangi dengan membacanya dengan penuh perasaan.
“siapapun engkau aku tidak peduli, aku mencintaimu bukan untuk masa lalu, tapi saat ini dan akan datang. Jika memang ada niat dalam hatimu untuk berubah dan menjadi lebih baik, percayalah! Aku akan menjadi milikmu selamanya.”.
c) Tekanan Tempo
Tekanan untuk memperlambat atau mempercepat suatu ucapan yang dipengaruhi oleh suasana yang mengikuti kalimat tersebut.
Seandainya dalam keadaan sedih kalimat akan cenderung terucap dengan tempo yang pelan namun jika suasana sedang gembira tempo kalimat akan berjalan dengan cepat.
Misalnya : ketika kita sedang berjanji dengan seorang yang sangat kita kasihi disuatu tempat,mungkin ada dua hal yang akan terjadi yaitu dia datang atau tidak datang. Lalu saat hal ini kita ceritakan kepada teman kita maka secara spontan kita akan menjawab :
- Dengan tempo agak cepat
”dia menepati janjinya, aku bahagia sekali ketika melihat wajahnya”
- Dengan tempo agak lambat dari yang awal
”....dia tak datang,gak tahu kenapa..”
d) Kombinasi ketiganya
Tehnik ini dilakukan dengan memadukan ketiga tehnik tadi dalam sebuah kalimat dialog bahkan bisa juga dikombinasikan dengan gerak tubuh. Misalnya pada dialog :
“aku mengambil kapur”
Coba ucapkan dialog diatas lalu kombinasikan dengan gerakan sebelum, bersama-sama atau sesudah dialog. Bila kita cermati akan ada perbedaan nuansa disitu. Perbedaan yang lebih ditekankan pada tingkatan seberapa pentingnya ungkapan yang menjadi dialog.
e) Pemenggalan Kalimat
Pemenggalan kalimat adalah menahan kalimat sebentar atau mengehentikan kalimat dialog sebelum melanjutkan dengan kalimat selanjutnya. Hal harus dilakukan sebab kata-kata yang pertama dengan kata berikutnya dalam sebuah dialog dapat memiliki maksud yang berbeda. Misalnya :
“Kamu tak tahu diri”
(sebaiknya berhenti sejenak sambil memberi tekanan)
“Pergi dari sini”
Hal ini dilakukan agar lebih lancar dalam memberikan tekanan pada kata.
II. Pembentukan warna suara
Setiap orang mempunyai warna suara yang berbeda. Karena itu seorang aktor harus mengenali dan mampu memainkan karakter warna suara yang berbeda itu. Misalnya pembedaan dan penguasaan karakter warna suara orang tua, remaja dan anak kecil. Bisa juga karakter warna suara etrsebut dikombinasikan dengan nuansa/suasana alam atau yang lainnya. Misalnya : orang tua yang kedinginan harus dapat diperankan karakter warna suara dan kondisi yang mengikutinya tentu hal ini beda bila yang kedinginan anak kecil atau remaja. Lebih beda lagi bila orang tua tadi kepanasan atau ketakutan.
Untuk melatih warna suara ini kita bisa melatihnya dengan membaca sebuah dialog lalu mencibanya dengan memerankannya/mengucapkannya dengan berbagai macam karakter.
Beberapa bentuk latihan vokal :
Tahap Pertama
Pada tahap pertama pada latihan olah vokal , hisap lah udara sebanyak-banyaknya lalu tahan, kemudian hembuskan sambil mengeluarkan suara. Ini dilakukan berulang-berulang.
Tahap Kedua.
Hisap udara melalui melalui dada salurkan ke Rongga dada hisap udara melalui perut, lalu tahan salurkan ke rongga Dada, keluarkan melalui mulut. Sebaliknya dapat dilakukan dengan sebaliknya, apabila tahap sudah dapat dilakukan bisa dilakukan dengan memainkan variasi pernapasan.
Tahap ketiga
Pada tahap ini lakukan laatihan dengan menahan napas sambil berjalan, berlari ini dilakukan berulang kali.
Tahap keempat.
Bernapas di dalam air, dengan menahan beberapa saat lalu di hembuskan dengan melalui teriakan.
Latihan Olah Vokal melalui latihan ucapan
1. Diksi
Ucapan, lafal, menentukan suara yang harus dipergunakan. Diksi, lagu (gaya) berata, memberi kualitas kejelasan suara dari sebuah kata yang diucapkan. Latih aga dapat membedakan dengan jelas membedakan antara huruf-huruf p dengan b, t dengan d, k dengan g.
Ulang-ulangilah latihan ini. Akan sangat efektif bila dilakukan secara rutin tiap pagi atau sore. Tidak usah lama. Cukup barang sepuluh atau lima belas menit saja.
Coba pula pada huruf-huruf yang lain dengan cara yang sama, hingga semua dapat jelas terbedakan. Gerakan bibir merupakan sesuatu yang amat penting bagi pengucapan yang jelas. Untuk memperoleh hal itu maka gerazkan bibir sebanyak mungkin. Aktifkan gerakan bibir.
Untuk dapat berartikulasi dengan baik, dibutuhkan kelenturan alat-alat pengucapan. Artikulasi yang baik, akan dapat dicapai dengan menempatkan posisi yang wajar tetapi dengan penggunaan tenaga efektif dan terkontrol.
Alat-alat tersebut antara lain:
Bibir
Sangat berperan dalam membentuk huruf-huruf hiduo dan huruf M-B-P. Latihan dengan membentuk mulut dengan ruang gerak yang maksimal, otot bibir berulang membentuk bunyi U-A-U-I-U-A-O-E. Pada saat menyuarakan huruf u bibir dibentuk mengkerucut tarik semaksimal mungkin kedepan. Pada bentuk O, bibir membuat bulatan dan jangan lupa tarik bibir kearah depan tetap diperhatikan. Pada bunyi A, bibir seolah pada posisi menguap membentuk lonjong maksimal. Pada bentuk bunyi I, bibir seolah ditarik pipi ke samping sehingga mulut nampak pipih. Lakukan latihan ini berulang-ulang mulai dengan tempo membentuk lambing-lambang bunyi, percepatan temponya semakin cepat dan cepat lagi. Lakukan latihan dengan menyuarakan gabungan huruf mati dengan huruf diatas, menjadi MU-BA-PU-MI-BU-PA-MO-BE berulang-ulang dari lambat ke sedang dan cepat. Lakukan dengan diiringi latihan dan pernapasan.
Lidah
Lidah sangat berperan dalam membentuk bunyi huruf-huruf mati seperti C-D-L-N-R-S-T dan lainnya. Lidah yang lincah akan dapat menentukan pembentukan lafal yang baik, tepat dan jelas. Latihan-latihan dimaksud untuk mencapai tingkat kelenturan sehingga lidah tidak saja lemas dan lincah tetapi juga mempunyai kemampuan seseorang yang mengalami kesulitan dalam membentuk bunyi R dan T. Latihan lidah:
- Menjulurkan dan menaril lidah berulang-ulang
- Menjulurkan dan menarik ke atas => bawah, samping kanan => kiri dan kemudian menjulurkannya untuk membuat gerakan berupa lingkaran.
- Tempelkan ujung pada gigi seriates lalu dorong lidah keluar, tempelkan ujung lidah pada gigi serri bawah lalu doronglah lidah keluar, lakukan berulang-ulang.
- Tutup mulut lalu bunyikan Bberrrrrrrrrrrrrrr, Trerrrrrrrrrrrr.
Rahang
Membantu pembentukan rongga mulut.
Lakukan latihan-latihan seperti ini:
- Tutup dan buka mulut selebar mungkin, berulang-ulang.
- Doronglah rahang bawah ke muka lalu buka ke bawah lalu tarik kea rah dalam/ leher lalu tutup mulut, rahang rapat, dorong ke muka kembali dan lakukan seterusnya berulang-ulang semakin cepat.
- Gerakan rahang bawah ke kanan dan kiri.
- Buat lingkaran dengan rahang arah bergantian ke kanan dan ke kiri.
- Ucapkan dalam satu helaan nafas hitung berapa pengulangan bunyi: wawawawawawawawa, yayayayayayayayayaya
Langit-langit
Terdiri dari langit-langit keras dan langit-langit lunak, merupakan bagian penting dalam pembentukan suara maupun pengucapan. Selain itu, langit-langit berperan juga sebagai dinding resonator pada rongga mulut. Latihan:
- Tutup mulut berbuatlah seakan-akan anda sedang berkumur, buka rahang bawah tetapi bibir tetap rapat, tekan langit-langit ke atas dank ke bawah pula.
- Tutup mulut dalam keadaan rapat, kemudian lakukan seolah anda mengucapkan bunyi M, B, K, N, NG, D, dan lainnya. Saat melakukan ini dapat dirasakan langit-langit bergerak ke atas dan ke bawah.Setelah seluruhnya peralatan pernapasan dan peralatan pengucapan kita latih dengan baik, barulah kita mencoba dengan membaca dialog. Bacalah dengan volume yang sedang dan rasakann pula dorongan nafas diaphragma, arahkan pembentukan suara ke resonator yang dirasakan paling tepat. Misalnya ke rongga resonator dada, mulut atau hidung.
Stimulasi atas Suara
Setiap aktor memilih teks dan ia bebas untuk membacanya, menyanyikannya atau bahkan dengan teks itu ia boleh berteriak.
Latihan ini dilakukan secara serempak. Lalu menempatkan satu orang di tengah-tengah. Aktor membaca semuanya dengan suara yang secara berangsur-angsur ditambah volumenya. Kata-kata disuarakan kembali dengan mantap, langit-langit seakan-akan tengkorak bagian depanlah yang sedang berbicara. Kepala jangan terkulai kebelakang sehingga menyebabkan laring tertutup. Melalui echo langit-langit menjadi kawan berdialog yang akan mengambil bentuk pertanyaan maupun jawaban. Selanjutnya, dimulailah percakapan dengan tembok, juga secara improvisasi. Di sinilah bukti bahwa echo adalah jawaban. Seluruh badan merespon terhadap echo . Suara asli masuk dan keluar melalui dada.
Kemudian suara ditempatkan di perut. Dalam acara ini percakapan dilangsungkan dengan lantai. Kedudukan badan: seperti seekor sapi gemuk.
Suara latihan diperlihatkan, secara berurutan:
1. Suara kepala (menghadap kelangit-langit).
2. Suara Mulut (seakan berbicara pada udara di hadapannya)
3. Suara occipital (menghadap langit-langit tepat di atas aktor).
4. Suara dada (diproyeksi di depan aktor)
5. Suara perut (menghadap kelantai)
Suara keluar dari kedua belah bahu(menghadap langit-langit tepat diatas aktor); the small of the back (menghadap ke dinding di samping aktor); bagian lumbar (menghadap kelantai, dinding dan ruang disampingnya)
Seluruh tubuh harus diikutsertakan walau hanya untuk latihan vokal saja. Suatu latihan relaxation terdiri dari improvisasi percakapan dengan tembok, sepenuhnya bebas dari tensi. Murid harus secara tetap menyadari bahwa echo harus selalu ditangkap.
Tekanan
Tekanan dicapai dengan kontras. Suatu kata dapat diberi tekanan dengan mengubah tempo dan volumenya. Tempo sangatlah penting artinya. Tempo yang terlalu cepat hanya memberi kesan suara ribut. Saja. Kehilangan kandungan makna yang akan disampaikan Kebiasaan bicara cepat itu bisa dihilangkan dengan berlatih membiasakan ucapan-ucapan lambat. Mula “ mula mengucapkan serentetan kata atau atau kalimat hanya dengan gerakan bibir saja, lambat tanpa bersuara. Sesudah itu dengan bersuara. Demikian berulang-ulang dilakukan.
Kata dapat diberi tekanan dengan merendahkan volume. Misalnya mengucapkan kata dengan lemah dalam satu kalimat yang nyaring. Belajarlah memberi tekanan pada suatu kata dengan memberi sedikit jeda sebelum dan sesudahnya.
Perubahan dalam pikiran dapat diperlihatkan dengan jeda atau dengan perubahan tiba-tiba pada nada serta volumenya.
Bentuk Ucapan
Suatu ucapan Panjang atau pendek umumnya membangun klimaks, maka dari permulaan dibangunlah : (1) volume, (2) intensitas emosi, (3) variasi, (4) jarak, kecepatan.Membangun satu unsure dari keempat unsur di atas secara teknis amatlah sulit. Biasanya baik membangun dengan satu unsure, lalu beralih pada yang lain, atau membangun dalam dua atau tiga unsure sekaligus.
Memuncak
Bila dua pemain atau lebih harus bersama-sama membangun satu reka-rekaan yang disebut topping, memuncak, dipergunakan, maka tiap pemain berkata pada saatu titik tinggi dalam volume, jarak, dan sebagainya dari kata terakhir pemain sebelumnya. Ini mungkin efektif. Tapi menuntut latihan, sebab pembangunan cenderung untuk meninggi begitu cepat hingga ucapan ketiga. Maka satu penanjakan lagi sudah tidak mungkin.
Dilakukan dengan sikap berdiri, duduk atau tidur terlentang. Lemaskan badan selemas-lemasnya, setelah betul-betul lemas aturlah nafas seenak mungkin. Tarik nafas perlahan sekali (lima detik) lalu tahan => himpun nafas pada diaphragma dalam tempo yang sama dengan waktu menarik nafas => hembuskan perlahan sama seperti menarik nafas, kemudian tahan kembali dalam tempo yang sama dengan menarik nafas, kemudian tahan kembali dalam tempo yang tetap sama => kemudian tarik dan seterusnya berulang-ulang. Latihan ini hendaknya dilakukan setiap hari, semakin lama tempo hitungan diperlambat sesuai dengan kemampuan yang dicapai.
Berlatih dengan menyuarakan a, i, u, e, o pada saat menghembuskan nafas. Pada latihan pertama biarlah dulu pada nada yang tetap kemudian coba dalam nada-nada yang lain, yang lebih rendah atau lebih tinggi. Usahakan agar setiap nafas yang keluar benar “benar memproduksi suara sehingga tidak over. Agar ada variasi dan tidak membosankan, gerakan tubuh anda seperti seorang pesilat dengan gerakan dasar yang mudah saja.
B. TUBUH
Sebuah bentuk akting sesungguhnya adalah gerak tubuh yang kemudian ditunjang dengan bahasa-bahasa verbal berupa dialog. Jadi pada dasarnya kekuatan akting itu terletak pada gerak tubuh. Untuk itu tubuh dilatih agar luwes dan dapat bergerak dengan lentur. Ada baiknya calon aktor mengikuti atau membekali dirinya dengan keahlian senam irama atau beberapa tehnik daar tari tradisi.
Dalam gerak tubuh, terdapat dua jenis bentuk gerak. Yaitu :
1. Gerak treatikal
2. Gerak non treatikal
a) Gerak Treatikal
Gerak yang dilakukan/digunakan sebagai bentuk pemenuhan atas tuntutan sebuah naskah teater/drama. Gerak teratikal terbagi atas :
- Gerak Halus
Yang termasuk dalam Gerak halus adalah gerak ekspresi/perubahan mimik wajah kita. Gerak ini timbul karena pengaruh dari dalam/emosi, misalnya marah, sedih, gembira, dsb.
Untuk melatihnya kita bisa melakukannya dengan mengekspresikan berbagai macam bentuk emosi sebanyak-banyaknya atau juga bisa dengan menggerakkan otot wajah kita melalui senam muka juga membentuk karakter wajah sebanyak mungkin.
- Gerak Kasar
Gerak kasar adalah gerak dari seluruh/sebagian anggota tubuh kita. Gerak ini timbul karena adanya pengaruh baik dari luar maupun dari dalam. Gerak kasar masih dapat dibagi menjadi empat bagian. yaitu :
a) Business, adalah gerak kecil yang kita lakukan tanpa penuh kesadaran Gerak ini kita lakukan secara spontan atau keibukan yang berkarakter punya ciri khas., Tanpa terpikirkan (refleks). Misalnya :
- sewaktu kita sedang mendengar alunan musik, secara tak sadar kita menggerak‑gerakkan tangan atau kaki mengikuti irama musik.
b) Gestures, adalah gerak-gerak posisi bagian tubuh untuk menungkapkan emoi atau ide. Gerak yang terjadi setelah mendapat perintah dari diri/otak kita Untuk melakukan sesuatu, misalnya saja menulis, mengambil gelas, jongkok, dsb.
c) Movement, adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Gerak ini tidak hanya terbatas pada berjalan saja, tetapi dapat juga berupa berlari, bergulung‑gulung, melompat, dsb.
d) Guide, adalah cara berjalan. Cara berjalan disini bisa bermacam-macam. Cara berjalan orang tua akan berbeda dengan cara berjalan seorang anak kecil, berbeda pula dengan cara berjalan orang yang sedang mabuk, dsb.
Setiap gerakan yang kita lakukan harus mempunyai arti, motif dan dasar. Hal ini harus benar-benar diperhatikan dan harus diyakini benar-benar oleh seorang pemain apa maksud dan maknanya ia melakukan gerakan yang demikian itu.
Dalam latihan gerak, kita mengenal latihan “gerak-gerak dasar”. Latihan mengenai gerak-gerak dasar ini kita bagi menjadi tiga bagian, yaitu :
· Gerak dasar bawah : posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini kita hanya boleh bergerak sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak sampai pada batas kepala kita.
· Gerak dasar tengah : posisi kita saat ini dalam keadaan setengah berdiri. Di sini kita diperbolehkan bergerak mulai dari bawah sampai diatas kepala.
· Gerak dasar atas : di sini kita boleh bergerak sebebas-bebasnya tanpa ada batas.
Dalam melakukan gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk berimprovisasi / menciptakan gerak-gerak yang bebas, indah dan artistik.
b) Gerak Non Treatikal
Untuk dapat dengan mudah memahami dan menguasai berbagai latihan dalam olah tubuh maka dari si aktor / aktris diharapkan agar mampu “melihat” badannya sebagai sesuatu yang berada diluar dirinya. Dengan demikian aktor/aktris dapat melatih kesadaran baru untuk bisa berkuasa atas badannya melaksanakan perbuatan badan yang bergerak diluar dari kemauannya.
Olah tubuh ditujukan untuk meningkatkan disiplin yang spontan pada semua bagian tubuh. Latihan – latihan ini bertujuan untuk penguasaan rasa dan kesadaran pada tubuh yang berupa ruang dan bobot berat. Tapi juga faktor waktu juga berada dalam tubuh. Latihan olah tubuh akan membuat aktor / aktris sadar, bahwa tubuh dan gerak tidak pernah saling bertentangan. Ia akan dapat merasakan bahwa setiap bagian pada tubuhnya menjalankan fungsi aktif dalam menempuh ruang.
Bentuk tubuh anda dan cara – cara anda berdiri, duduk, dan jalan memperlihatkan kepribadian anda. Motivasi – motivasi anda untuk melakukan gerak lahir dari sumber – sumber fisikal ( badaniah ), emosional ( perasaan ), mental ( pikiran ) dan setiap tindakan ( action ) anda berasal dari satu, dua atau tiga macam desakan hati. Banyak sekali interaksi dan permutasi, atas pengaruh timbal balik dan perubahan urutan yang tak habis – habisnya.
Latihan olah tubuh adalah suatu proses pemerdekaan. Kemerdekaan dalam hal ini dimaksudkan sebuah batu loncatan yang memungkinkan anda dan tubuh anda siap mengabdi pada akting.